Suara.com - Sejumlah tokoh Katolik dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengutuk rencana Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang ingin kembali menerapkan hukuman mati dengan mengeksekusi harian para pelaku kriminal.
"Filipina akan dipandang sebagai sangat biadab," kata Pastor Jerome Secillano, seorang tokoh berpengaruh dari Konferensi Uskup Katolik Filipina kepada AFP.
"Ini akan membuat Filipina sebagai ibu kota hukuman mati di dunia," ujarnya lagi.
Sebelumnya Duterte mengatakan penerapan hukuman mati sangat diperlukan untuk memerangi kejahatan narkotika di negaranya.
Baca Juga: Dugaan Korupsi Pembebasan Lahan Bandara di Toraja Kembali Dibuka
"Ada hukuman mati di masa lampau tapi tidak terjadi apa-apa. Jadi kembalikan itu pada saya. Saya akan melakukannya setiap hari, lima atau enam (pelaku kriminal) setiap hari," katanya.
Pada Juni lalu, Duterte bersumpah akan menerapkan hukuman mati dengan cara digantung. Dia tak ingin membuang-buang peluru dan menilai eksekusi gantung lebih manusiawi.
Duterte juga pernah mengatakan, hukuman mati bukan sebagai sarana mencegah kejahatan, tapi untuk retribusi.