Ahok Diserang, Gus Sholeh Rindukan Gus Dur

Senin, 19 Desember 2016 | 19:15 WIB
Ahok Diserang, Gus Sholeh Rindukan Gus Dur
Ketua Umum Forum Komunikasi Ulama Sholeh Marzuki atau Gus Sholeh [suara.com/Bagus Santosa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Ketua Umum Forum Komunikasi Ulama Sholeh Marzuki atau Gus Sholeh mengatakan rindu sosok Presiden Abdurrachman Wahid atau Gus Dur dalam kondisi bangsa seperti saat ini. Gus Dur di mata Gus Sholeh adalah sosok pemimpin yang arif dan bijaksana.

"Saat ini, saya rindu Gus Dur. Hanya karena suatu yang demikian (salah ucap) dijadikan seseorang harus dihukum dan harus keluar dari pada game permainan pilkada atau pilgub ini," kata Gus Sholeh di acara Dialog Kebangsaan dengan tema Menjaga Keutuhan NKRI dengan Menjadikan Hukum Sebagai Panglima Tertinggi di Indonesia di ruang Teater, lantai 4, Fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Senin (19/12/2016).

Pernyataan mantan tim sukses Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di pilkada Belitung Timur tahun 2005 menyusul kasus dugaan penodaan agama yang menjerat Ahok di tengah proses mengikuti pilkada Jakarta periode 2017-2022.

Gus Sholeh sendiri juga memiliki kekhawatiran pernyataan-pernyataannya disalahartikan.

"Jadi menyikapinya ya susah," kata dia.

Gus Sholeh kemudian mengutip pepatah untuk memahami kasus yang menimpa Ahok.

"Kalau kita senang atau baik sangka kepada seseorang, maka sesuatu kesalahan sedikit akan mudah termaafkan. Lain halnya kita sudah benci dan tidak senang terhadap seseorang, hal yang baik pun akan menjadi buruk," tutur Gus Sholeh.

"Yang terjadi saat ini kan, pokoke Ahok ditahan. Sehingga kami-kami dari kyai yang pro kebangsaan ini repot akan berpendapat. Jangankan saya, Kyai pinggiran. Kyai Buya Syafii ma'arif yang begitu hebat, kemudian Kyai Alwi Shihab dan sebagainya, itu diviral dan dibully habis-habisan di media sosial," kata dia.

Gus Sholeh kini hanya berharap kepada aparat penegak hukum untuk bertindak obyektif. Gus Sholeh menekankan bahwa Indonesia bukan negara agama, melainkan negara yang menganut Pancasila.

"Mari kita hormati penegak hukum dalam kaidah hukum pancasila yang berlaku. Bukan hukum agama. Jadi, jadikan hukum menjadi panglima tertinggi di dalam membangun bangsa ini. Apabila hukum yang berlaku di Indonesia dinodai, maka a‎kan menjadi keternodaan kita di dalam berbangsa dan bernegara," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI