Suara.com - Presiden Joko Widodo tidak terkejut Istana menjadi target serangan kelompok teroris.
"Saya kira yang namanya teroris itu tidak melihat, semuanya, masjid pernah, gereja pernah, hotel pernah, kedutaan pernah, jalan raya pernah, apapun," kata Jokowi menanggapi pertanyaan wartawan mengenai rencana kelompok teroris yang menargetkan bom bunuh di Istana Kepresidenan, usai menghadiri acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 H di kantor Gerakan Pemuda Ansor, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (11/12/2016).
Itu sebabnya, Jokowi mengajak semua anggota masyarakat turut serta memerangi gerakan teroris di Tanah Air. Penanggulangan teroris tidak bisa hanya diserahkan kepada aparat keamanan.
"Oleh sebab itu pemerintah dan rakyat, Polri terutama, kita harus terus memerangi terorisme ini," ujar dia.
Presiden Jokowi mengapresiasi kinerja Datasemen Khusus 88 Antiteror yang berhasil menggagalkan rencana Dian Yulia Novi menjadi "pengantin" bom di lingkungan Istana pada saat pergantian jaga Paspampres, Minggu (11/12/2016). Dian Yulia dan tiga terduga teroris ditangkap beserta barang bukti berupa bom berdaya ledak tinggi.
"Saya mengapresiasi, menghargai kerja keras Polri, Densus 88 dalam mengungkap perencanaan sebelum itu terlaksana. Hal ini juga menunjukkan bahwa terorisme masih ada, nyata dan masih bergerak di negara kita," kata dia.
Wakil Ketua MPR Oesman Sapta juga mengapresiasi kinerja Densus 88 Antiteror. Oesman meminta aparat keamanan tetap waspada.
"Aparat keamanan memang harus terus menerus mengantisipasi. Aparat keamanan tidak boleh lengah," katanya.
Oesman percaya aparat keamanan dapat mengamankan rakyat.
"Soal bom Bekasi ini lebih baik kita serahkan kepada aparat keamanan. Kenapa? Karena ini sudah beberapakali terjadi. Belum lama polisi juga mengungkap rencana bom. Kejadian itu terus berulang," ujarnya.
"Kita percayakan penanganan dan antisipasi kasus bom ini kepada aparat yang berwenang. Dengan penanganan dan antisipasi itu sudah terbukti negara kita aman," Oesman menambahkan.