Intelijen AS: Agen Rusia Bantu Trump Kalahkan Clinton

Liberty Jemadu Suara.Com
Minggu, 11 Desember 2016 | 15:13 WIB
Intelijen AS: Agen Rusia Bantu Trump Kalahkan Clinton
Presiden AS, Barack Obama berbincang dengan presiden terpilih Donald Trump di Gedung Putih, Washington, AS, Kamis (10/11) [Reuters].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para analis intelijen Amerika Serikat mengungkapkan bahwa ada campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Para agen Rusia bertugas membantu Donald Trump untuk mengalahkan Hillary Clinton dalam pilpres AS November lalu.

Hasil evaluasi badan intelijen AS terhadap kampanye pilpres AS menemukan bahwa para pejabat pemerintah Rusia telah membantu upaya untuk memenangkan Trump dalam pemilihan presiden AS, demikian kata pejabat intelijen AS yang mengetahui laporan tersebut kepada Reuters, Jumat (9/12/2016).

Menurut temuan intelijen AS, semenjak musim gugur para peretas Rusia mengerahkan hampir semua kemampuan mereka untuk meretas Partai Demokrat. Mereka mencuri email-email Partai Demokrat dan menyebarkan email-email yang memojokkan Clinton serta Partai Demokrat ke publik.

Sementara email-email yang berpotensi merugikan Partai Republik dan para kandidat dari partai tersebut tak disebarkan sama sekali.

Email-email yang mendiskreditkan Clinton dan Demokrat itu diserahkan ke Wikileaks, organisasi penyedia situs pembocor rahasia-rahasia pemerintahan terkemuka di dunia.

"Ini adalah petunjuk utama untuk membuktikan tujuan mereka," kata pejabat intelijen AS itu, "Jika mereka ingin mendiskreditkan sistem politik kita, mengapa mereka hanya mempublikasikan kejelekan satu pihak, terutama ketika Anda punya target seperti Trump?"

Sementara seorang pejabat intelijen AS yang lain, yang juga mengetahui hasil evaluasi tersebut, mengatakan bahwa temuan itu tak berarti bahwa komunitas intelijen yakin bahwa upaya Rusia benar-benar berpengaruh terhadap hasil pemilu.

Badan intelijen AS, CIA, tak mau berkomentar terkait laporan itu. Rusia sendiri menyangkal terlibat dalam pemilu AS.

Sedang Bermain di Pemilu Jerman

Meski demikian para analis intelijen AS "dengan tingkat keyakinan tinggi" menyatakan bahwa pemerintahan Vladimir Putin di Moskwa telah membantu memperbesar peluang kemenangan Trump.

Pemerintah Rusia saat ini tampaknya yakin bahwa Trump punya peluang menang dan bahwa ia akan mengubah AS menjadi lebih ramah terhadap Rusia ketimbang Clinton, terutama dalam masalah sanski ekonomi.

Selain di AS, upaya serupa kini diduga sedang dilancarkan Rusia dalam pemilu Jerman. Intelijen AS mencium adanya tangan-tangan Rusia dalam kampanye mempromosikan partai-partai kanan dan nasional garis keras di Jerman.

Secara umum upaya Putin di Eropa dan AS bertujuan untuk menghancurkan kepercayaan publik pada konsep demokrasi Barat dengan mendukung kandidat-kandidat ekstremis dan berhaluan kanan garis keras.

Pada Oktober lalu, sebelum pemungutan suara digelar, pemerintah AS secara terbuka telah menuding Rusia melakukan serangan siber terhadap Partai Demokrat.

Obama Turun Tangan

Kini sejumlah anggota Partai Demokrat dan Republik di Kongres AS mendesak agar digelar penyelidikan secara menyeluruh terhadap aktivitas Rusia dalam pemilu AS.

Sementara menurut laporan Washington Post pada Jumat, lembaga-lembaga intelijen AS telah menemukan orang-orang, yang diyakini punya koneksi dengan pemerintah Rusia, dan berperan untuk menyerahkan email-email curian dari Partai Demokrat kepada Wikileaks.

Presiden AS Barak Obama, yang akan segera digantikan Trump pada 20 Januari, telah memerintahkan badan-badan intelijen AS untuk mengevaluasi serangan-serangan siber Rusia dan keterlibatan asing lain dalam pemilu 2016 lalu.

Obama, seperti diumumkan Gedung Putih, Jumat, meminta agar laporan utuh tentang keterlibatan Rusia itu diserahkan kepadanya sebelum 20 Januari.

"Presiden telah mengarahkan komunitas intelijen untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap apa yang sebenarnya terjadi dalam proses pemilu 2016," kata Lisa Monaco, penasehat keamanan dalam negeri Obama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI