Suara.com - Di negara penganut sistem demokrasi, biasanya biaya politik lebih mahal dibanding yang menganut sistem kenegaraan yang lain. Hal ini seringkali membuat para kontestan politik, baik di pemilu presiden, pemilu legislatif, maupun pemilu kepala daerah, kelabakan dalam mengumpulkan dana untuk memuluskan tujuan.
Tak terkecuali di pilkada Jakarta, tiga pasangan kandidat harus bahu membahu menggalang dana kampanye.
Rupa-rupa cara dipakai untuk menghimpun dana. Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, caranya dengan membuka kegiatan makan bersama, dimana setiap peserta harus membayar.
"Mungkin mirip-mirip kayak dinner gitu lho. Kami transparanlah, kalau satu mejanya cuma bisa dijual Rp3 juta, jangan di-create-create gede gitulah," kata Sandiaga di posko kampanye, Jalan Cicurug, nomor 6, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/12/2016).
Sandiaga kemudian menceritakan pengalaman menggalang dana yang rencananya akan diterapkan dalam waktu dekat.
"Satu meja itu misal isinya 10, kan ada cost-nya makan di restoran mahal atau dimana-mana, itu antara Rp100 sampai Rp15 ribu. Kalau dijual let's say Rp200 ribu-lah, dijual misalnya Rp1 juta, kan untungnya Rp800 ribu, kali 10 dikali 8 juta," ujar Sandiaga.
"Kalau jumlahnya 50 ya kali 8 juta. Terus berapa kali. Harusnya ini diitung dong sama wartawan. Sampai nggak sama dana yang dilaporkan? Simple," Sandiaga menambahkan.
Sandiaga mengatakan akan menggelar kegiatan serupa sesering mingkin.
"Jangan sampai kumpulin orangnya lebih mahal daripada dana yang dikumpulkan. Nanti nombok," kata Sandiaga.
Kemarin, pasangan nomor urut tiga ini mengumumkan hasil penggalangan dana kampanye. Totalnya mencapai Rp19,08 miliar.