Ketua Komisi Agama Dewan Perwakilan Rakyat Republi Indonesia Ali Taher mengatakan peristiwa penghentian paksa acara kebangkitan kebangunan rohani di Gedung Sasana Budaya Institut Teknologi Bandung, Kamis (6/12/2016) malam, adalah tindakan pribadi bukan mengatasnamakan agama tertentu. Penghentian ini dilakukan oleh sekelompok orang dengan mengatasnamakan Pembela Ahlus Sunnah.
"Adapun gesekan-gesekan yang terkait dengan kegiatan keagamaan di Bandung, bagi saya itu persoalan personal. Ketidakpuasan kelompok yang ada, bukan sikap agama secara umum," kata Ali dihubungi Suara.com, Jakarta, Kamis (8/12/2016).
Karena itu, sambungnya, pihak-pihak yang merasa lebih banyak bertanggungjawab dalam proses kegiatan itu sebaik lebih baik menyadari pentingnya kehidupan dalam mendukung kerukunan beribadah dalam hal apapun sesuai dengan perlindungan dan jaminan konstitusi.
"Yang diperlukan adalah tingkat kesadaran akan pentingnya tleransi umat beragama. Beragama, saling menghargai, saling menghormati, dan juga saling menyayangi, antar umat beragama. Karena hakekatnya agama itu membangun kebersamaan dan kasih sayang dan toleransi," tuturnya.
Di sisi lain, dia menerangkan, pemerintah punya regulasi dan aturan terkait kerukunan beragama. Karenanya, pemerintah harus menegakan aturan tersebut.
"Oleh karena itu, pemerintahlah yang bisa, lewat penegak hukum, mencari jalan keluar jalan keluar kenapa itu terrjadi. Kita berharap tidak akan terjadi kembali. Dan, oleh karena itu saya sebagai Ketua Komisi VIII DPR meminta pemerintah lebih cepat turun, untuk mengatasi konflik horizontal supaya tidak terjadi kembali," ujar politikus Partai Amanat Nasional ini.
Komisi VIII: Aksi di Bandung Bukan Sikap Agama Secara Umum
Kamis, 08 Desember 2016 | 22:26 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Bojan Hodak Sebut Persib Bandung Terbebani 'Juara Bertahan', Ini Alasannya
22 November 2024 | 10:43 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI