Pengamat politik dari Universitas Pertahanan Said Salim menilai Presiden Joko Widodo panik menghadapi demonstrasi massa pada 4 November 2016 lalu.
"Kesan saya kok kayaknya bapak ini panik menghadapi demo. Sebelumnya nggak ada waktu beliau. Jadi pertanyaannya apa beliau tidak tahu, kurang percaya pada prestasi menteri atau aparatnya atau beliau dapat informasi nggak benar," ujar Said di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Kamis (8/12/2016).
Menurut Said, Presiden Jokowi terkesan panik karena tidak mendapatkan informasi yang akurat dari bawahan.
"Saya bilang persoalan Jokowi, dia tidak dapat proper advice. Dia harus reshuffle stafnya. Stafnya tidak memberikan informasi cukup kepada Jokowi," kata dia.
Said menilai ada yang janggal dengan alasan Presiden Jokowi tidak menemui massa yang demonstrasi 4 November di depan Istana Merdeka.
"Saya coba melacak tanggal 4 November, Pak Jokowi tidak menerima utusan demo, katanya ada dua alasan, satu alasan teknis dia ada di Cengkareng dan Istana sudah terkepung. Kedua ada kemungkinan ada yang mau menembak Jokowi, ISIS," kata dia.
"Kita lihat ini, yang pertama, kalau Pak Jokowi datang lewat, demonstran akan persilakan lewat. Mereka mau ketemu. Yang kedua, mau menembak, itu terbukti kemarin (aksi 2 Desember) nggak ada," kata dia.
Dalam aksi lanjutan yang diselenggarakan 2 Desember, Jokowi bersedia menemui peserta aksi. Bahkan, dia berjalan kaki dengan memegang sendiri payungnya yang berwarna biru ke lapangan Monumen Nasional dari Istana Merdeka untuk ikut salat Jumat berjamaah.
Menurut Said orang yang memberikan masukan kepada Presiden pada 4 November tidak mengerti kehebatan Pasukan Pengaman Presiden. Pasukan ini sangat terlatih menghadapi ancaman di berbagai medan sehingga keamanan Presiden tak perlu dikhawatirkan.
"Jadi orang yang menasihati Jokowi, kalau betul, itu nasihatnya nggak ngerti Paspampres, Paspampres itu sangat qualified jaga keamanan Presiden. Akibatnya, Presiden tidak menerima utusan pendemo," kata Said.
Demonstrasi 4 November berakhir dengan rusuh di depan Istana Merdeka. Sekelompok orang memprovokasi sehingga terjadi benturan dengan aparat keamanan.
Menurut informasi di tengah aksi itu, sekelompok anggota teroris ikut serta memanfaatkan situasi. Tujuan mereka untuk bisa berhadapan langsung dengan aparat saat ricuh dan mencari kelengahan aparat untuk merebut senjata api. Untungnya, aparat tak lengah.
Suara.com -