Pesawat Jatuh Karena Kurang Avtur, Izin Terbang LAMIA Dibekukan

Syaiful Rachman Suara.Com
Jum'at, 02 Desember 2016 | 16:05 WIB
Pesawat Jatuh Karena Kurang Avtur, Izin Terbang LAMIA Dibekukan
Pesawat Avro RJ85 yang membawa pemain dan staf klub Chapecoense hancur berkeping-keping [Reuters]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Bolivia memutuskan untuk membekukan izin operasi LAMIA, operator penerbangan yang awal pekan ini pesawatnya menabrak lereng gunung belantara Kolombia. Pembekuan tersebut berlaku mulai Kamis (1/12/2016) waktu setempat, hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Keputusan tersebut diambil pemerintah Bolivia menyusul dirilisnya rekaman percakapan antara pilot dengan menara pengawas bandara Medellin. Dari rekaman tersebut terkuat bahwa pesawat kehabisan bahan bakar di udara.

Regulasi penerbangan internasional menyatakan bahwa pesawat yang mengudara harus memiliki ekstra bahan bakar yang cukup selama 30 menit setelah mencapai destinasi. Artinya, untuk saat ini LAMIA dianggap melanggar aturan tersebut, dan pemerintah Bolivia tengah melakukan penyelidikan terkait hal itu.

Keputusan pemerintah Bolivia dianggap tepat oleh berbagai pihak. Pasalnya dari hasil penyelidikan di lokasi jatuhnya pesawat Avro RJ85 bernomor BAe 146, tim penyelidik tidak menemukan sedikitpun sisa atau bahan bakar yang tercecer.

"Dalam kasus ini, sangat disayangkan, pesawat tersebut tidak memiliki bahan bakar sesuai regulasi yang ditetapkan," kata Freddy Bonilla, pejabat Badan Keselamatan Penerbangan Kolombia.

Seperti diketahui, Pesawat LAMIA BAe 146 jenis Avro RJ85 yang mengangkut 77 penumpang dan kru  menghantam pegunungan di ketinggian 7000 kaki dan hancur berkeping-keping di belantara hutan Kolombia. Kecelakaan tersebut menewaskan 71 orang. Sementara enam korban selamat masih dalam perawatan intensif di rumah sakit.

Dua kotak hitam pesawat itu sendiri ditemukan dalam kondisi bagus. Penyelidik gabungan dari Kolombia, Brasil dan Inggris, saat ini tengah menguak misteri jatuhnya pesawat nahas tersebut.

Namun, hasil dari pembacaan kotak hitam itu sendiri paling cepat membutuhkan waktu selama enam bulan. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI