Suara.com - Politisi Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia curiga ada pemaksaan pergantian posisi Ketua DPR dari Ade Komarudin menjadi Setya Novanto. Jika Novanto kembali jadi ketua DPR, khawatir merusak citra Golkar dan DPR.
Novanto sebelumnya mengundurkan diri dari Ketua DPR karena tersangkut kasus dugaan permintaan saham ke PT Freeport Indonesia. Novanto disebut memakai nama Presiden Joko Widodo untuk meminta saham perusahaan emas dunia itu.
"Saya termasuk yang tidak setuju kalau pa Setya Novanto jadi Ketua DPR. Kalau bicara citra, saya termasuk yang khawatir kalau terus terjadi pemakaian Pak Novanto dikembalikan lagi menjadi ketua DPR. Bukan citra Golkar saja, tetapi citra DPR termasuk citra pribadi pa Novanto, "ujar Doli dalam diskusi bertajuk" Novanto :Antara Citra Partai dan DPR " di Kafe Dua Nyonya, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Selasa (29/11/2016).
Doli menilai bukan soal peraturan undang-undang atau mekanisme pergantian Ketua DPR, namun menyangkut persoalan etis.
"Kalau lihat undang-undang hampir nggak ada hambatannya ini persoalan etis. Karena betul bahwa pergantian pimpinan DPR dan alat kelengkapan DPR adalah kewenangan masing-masing partai, dalam hal ini Partai Golkar," katanya.
Hadir Pula Koordinator Gerakan Indonesia Bersatu Adhie M Massardi, anggota DPR Fraksi Hanura, Dadang Rusdiana, Pengamat Politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti.