Suara.com - Di tengah keberingasan aktor-aktor politik dan lunturnya nilai-nilai etika akhir-akhir ini, publik seperti terperanjat oleh sikap yang ditunjukkan Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Kyai Haji Moh. Mustofa Bisri atau Gus Mus dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Kyai Haji Maimoen Zubair atau Mbah Maimoen.
Kedua ulama kharismatik memberi maaf kepada orang-orang yang menghina mereka di media sosial.
Ketua Fraksi Hanura DPR Nurdin Tampubolon mengatakan sikap Gus Mus dan Mbah Maimoen merupakan contoh yang baik sekali.
"Kalau ada yang saling memaafkan dengan hati yang tulus, bukan supaya dia tidak terjerat hukuman, ya itu bagus. Tetap kalau itu betul-betul tulus tidak akan melakukan lagi. Kita kan bangsa besar," kata Nurdin, Senin (28/11/2016).
Gus Mus dihina pegawai kontrak PT. Adhi Karya bernama Pandu Wijaya dengan kata-kata kasar setelah Gus Mus menyikapi rencana demonstrasi 2 Desember.
Sedangkan Mbah Maimoen dihina perempuan berjilbab bernama Syaibah Mawal dengan kata-kata kasar pula karena tak setuju dengan sikap Mbah Maimoen yang memaafkan Gubernur Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Setelah terkena hukuman sosial, kedua orang tersebut akhirnya meminta maaf. Pandu datang langsung diantar keluarga ke pondok pesantren yang dipimpin Gus Mus. Begitu juga dengan Syaibah Mawal.