Suara.com - Pimpinan Front Pembela Islam Habib Rizieq Sihab menyebut ada kelompok non muslim yang akan ikut demonstrasi pada Jumat (2/11/2016). Itu sebabnya, Rizieq yang menjadi pembina organisasi yang menggalang demonstrasi meminta TNI dan Polri serta stakeholder untuk menyediakan tempat khusus bagi mereka.
"Kami minta tim terpadu (TNI/Polri) untuk mengatur peserta aksi yang non muslim untuk memberikan mereka tempat khusus," kata Rizieq dalam konferensi pers di gedung Majelis Ulama Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (28/11/2016).
Mengapa perlu ada tempat khusus bagi peserta demonstrasi non Islam?
"Karena aksi ini ibadah, mereka harus diberi ruang yang nyaman dan aman tanpa merasa terganggu," kata Rizieq.
Demonstrasi untuk menuntut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ditahan, antara lain akan dilakukan dengan cara salat Jumat berjamaah di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat.
Rizieq menyebut aksi tersebut merupakan aksi lintas agama, mazhab, dan suku. Menurut dia ini menunjukkan kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok adalah masalah serius.
"Tidak ada agama apapun yang boleh dinistakan, baik itu Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, maupun keyakinan Konghucu, apalagi Islam sebagai agama mayoritas," ujar dia.
Rizieq menjamin aksi 2 Desember berlangsung damai. Organisasi yang menamakan diri Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI meminta tim terpadu untuk mengawal demonstrasi hingga kepulangan mereka ke rumah masing-masing agar tertib.
"Aksi bela Islam III ini adalah aksi super damai," tutur dia.
Sebelum konferensi pers, Rizieq, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dan sejumlah pemuka agama berdialog. Mereka akhirnya menyepakati salat Jumat pada 2 Desember tak dilakukan di jalan raya seperti rencana semula, tetapi di kawasan Monas agar tak mengganggu kepentingan publik.