Pengamat: Apa Hebatnya Makhluk Tuhan Bernama Ahok?

Adhitya Himawan Suara.Com
Senin, 28 November 2016 | 13:07 WIB
Pengamat: Apa Hebatnya Makhluk Tuhan Bernama Ahok?
Direktur Advokasi LSP2I Ermawan, di Jakarta, Senin (16/5/2016). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Direktur Advokasi Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I) Ermawan meminta agar masyarakat tidak terpecah belah dalam sengkarut kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Menurutnya, masalah ini membuat masyarakat terpolarisasi dalam dua kubu dan saling menghujat satu sama lain.

"Yang terjadi saat ini saling berupaya mencari pembenaran. Kedua kutub berseberangan sibuk mencari celah untuk mencari dukungan. Mereka lupa bahwa dukungan tidak bisa dipaksakan," kata Ermawan dalam keterangan tertulis, Senin (28/11/2016).          

Ermawan menyayangkan seluruh energi bangsa dan negara kini semuanya terkonsentrasi pada seorang Ahok. "Sehebat apakah makhluk Tuhan yang bernama Ahok sampai dia bisa menguras energi, konsentrasi kita semua. Apa yang membuat Ahok begitu disayang dipuja pun sebaliknya dibenci dinajiskan bak anjing kudisan," ujar Ermawan.                                

Diseberang sana ada rakyat kelaparan.,ada seorang anak yatim piatu 6 tahun yg meregang nyawa karena ususnya infeksi. Ermawan meminta masyarakat tidak terus berperang ataupun sibuk berselisih di dunia maya yang hanya membuat kaya provider-provider seperti google dan lain-lain.

Baca Juga: Sekolah di Bekasi Roboh saat Ratusan Murid Tengah Belajar

Ia menambahkan bahwa Indonesia saat ini terjebak dengan pergulatan antara Amerika dan Cina dan masing-masing memporak porandakan budaya dan kearifan lokal yg ada di bumi nusantara ini.               "Dan sebetulnya ini hanya permainan beberapa orang saja khususnya dan lagi-lagi rakyat yg terkena dampaknya. Ga ngaruh juga rakyat dengan ini semua. Ekses pilkada Jakarta ini luar biasa sekali dan lagi-lagi rakyat hanya sebatas obyek pelengkap penderita dalam pesta pora "yang katanya" demokrasi," tutup Ermawan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI