Suara.com - Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, sepertinya ingin meneruskan kepopuleran kemeja kotak-kotak yang sebelumnya dipakai Presiden Joko Widodo saat Pemilihan Presiden 2014.
Ketika itu, tidak hanya Jokowi yang memakainya saat berkampanye, melainkan para pendukungnya. Kemeja itu dikenakan mereka dalam aktivitas sehari-hari.
Sebelum mendaftar ke KPU DKI pada 21 September 2016, Ahok-Djarot memperkenalkan kemeja motif kotak-kotak warna merah dan biru tua sebagai seragam khas mereka dan para pendukungnya. Ketika menjadi cawagub dalam Pilkada DKI Jakarta 2012, Ahok yang kala itu berpasangan dengan Jokowi juga menggunakan kemeja kotak-kotak sebagai pakaian khasnya.
Bedanya, motif kotak-kotak yang dipakai Ahok-Djarot ukurannya lebih besar.
"Ini mengingatkan mereka atas fenomenal identitas pada zaman Pak Jokowi. Serta mengingatkan akan kinerja Basuki-Djarot selama ini untuk Jakarta dan harus bisa menuntaskan pekerjaan bagi pembangunan Jakarta," kata juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot, Nevi Ervina.
Nevi menambahkan kemeja kotak-kotak yang disebut "Badja" itu merepresentasikan "semangat kerja yang luar biasa dari setiap usia".
"Sesuai dengan motif kotak-kotak yang bisa diterima untuk semua kalangan. Kotak kotak juga identik dengan saling terkait dan mendukung sehingga kotak-kotak itu merajut persatuan dari berbagai warna jadi satu dan kuat," ujarnya.
Sementara paslon Anies Baswedan-Sandiaga Uno, justru menghindari kotak-kotak. Mereka memilih kemeja warna putih polos.
"Kami rasa Jakarta sudah terlalu terkotak-kotak dan warna putih polos menjadi pilihan karena sesuai dengan komitmen kami untuk transparan dan antikorupsi," kata Sandiaga.
Sebelumnya, Anies sudah sering terlihat mengenakan kemeja putih dengan cara digulung sampai di bawah siku saat masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.