Suara.com - Penasihat Yayasan Pembina Muallaf Irena Handono telah selesai diperiksa penyidik Bareskrim Polri sebagai saksi kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Gubernur Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Bareskrim Polri, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Kamis (17/11/2017).
"Hari ini, memberikan kesaksian terkait prosesnya sudah berbeda. Kalau kemarin proses penyelidikan, sekarang penyidikan. Jadi sudah projustisia, kita memberikan keterangan hampir sama," kata Arisakti Prihatwono, pengacara Irena.
Arisakti mengatakan ada tambahan informasi yang disampaikan Irena kepada penyidik.
"Kita ada tambahan satu, bapak Basuki waktu itu berpidato di Kepulauan Seribu dalam koridor sebagai pejabat resmi, beliau menggunakan seragam, dalam hal ini beliau mewakili negara secara langsung. Nah, perkataan beliau (Ahok) saat mewakili negara dengan pemilihan kata dan pemilihan bahasa seperti itu, kami sayangkan," kata dia.
Arisakti berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pejabat publik agar jangan mengulang apa yang dilakukan Ahok.
"Karena masuk kepada perbuatan tidak terpuji dan menista agama. Kami ingin pejabat negara tidak melakukan seperti ini lagi," kata dia
Irena berharap penyidik bekerja secara profesional.
"Jadi kita inginkan perkara ini berjalan dengan benar, baik dan menegakkan keadilan. Itu yang menjadi harapan saya. Sebagai warga negara Republik Indonesia kita menginginkan hal sama. Itu sebabnya kita menempuh jalur hukum," kata Irena.
Dalam kasus ini, Ahok telah ditetapkan menjadi tersangka. Ahok disangkakan melanggar Pasal 156 a KUHP tentang penistaan agama dan Pasal 28, ayat 2, Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman pidana lima tahun penjara.
Meski telah ditetapkan tersangka kasus penodaan agama, Ahok tidak menempuh praperadilan dan berharap berkasnya segera dilimpahkan ke pengadilan.