Suara.com - Pengamat politik Ray Rangkuti menyebut pemerintahan Presiden Joko Widodo lupa membangun komunikasi yang baik dengan lintas sektor. Hal ini terkait dengan situasi politik akhir-akhir ini, terutama terkait gerakan 4 November.
"Dugaan saya, Presiden asyik dengan kerja, kemudian KSP (Kepala Staf Kepresiden) dan pembantunya asyik dengan upload hasil kerja itu, lupa dengan komunikasi ke berbagai sektor. Padahal politik di Indonesia itu politik silaturahim. Nggak komunikasi seperti kejadianlah (demonstrasi), padahal yang dibutuhkan orang itu cuma say hello, aja, baik apa nggak, itu terjadi," ujar Ray kepada Suara.com, Selasa (15/11/2016).
Seperti diketahui, setelah muncul gerakan 4 November, Jokowi baru melakukan konsolidasi besar-besaran. Jokowi mengunjungi tokoh-tokoh agama dan mengundangnya ke Istana. Selain itu, Jokowi juga mengunjungi unsur militer. Selain itu, Kepala Negara juga mengunjungi partai-partai politik pendukung pemerintah.
Ray mengatakan peristiwa yang terjadi pada 4 November mengejutkan bagi pemerintah. Hari itu, berbagai ormas dari berbagai daerah datang ke Jakarta, isu yang mereka angkat yaitu penegakan hukum atas kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Presiden Jokowi didesak jangan membela Ahok.
"Peristiwa 4 November itu mengagetkan dia, dia kan agak memutus silaturahim dengan aktor politik selama ini. Setidaknya memberi peringatan kepada Presiden bahwa 'anda tidak boleh meninggalkan terlalu lama ruang kosong politik ini,'" katanya.
Ray kemudian membandingkan respon pemerintah terhadap gerakan 4 November dengan respon pemerintah zaman Susilo Bambang Yudhoyono ketika mendengar isu demontrasi untuk menuntut Yudhoyono menuntaskan skandal bail out Bank Century yang diduga melibatkan mantan Wakil Presiden Boediono dan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Ketika itu, kata Ray, Staf Kepresidenan Daniel Sparingga langsung perwakilan organsiasi yang akan demo untuk mendengarkan aspirasi mereka. Itu dilakukan jauh sebelum demonstrasi.
"Jauh sebelum demo itu dilakukan oleh kita juru bicara Presiden, dia datang dan kita persilakan. Dia nggak ngomong, dia dengarkan, catat yang nanti akan kami sampaikan ke Presiden (Yudhoyono). Kami sampaikan posisi Presiden dalam kasus itu. Jadi adalah moderasi juga," katanya.
Menurut Ray hal itu tidak dilakukan Jokowi ketika mendengar isu demonstrasi 4 November.
"Ini yang relatif ditinggalkan rezim Jokowi, sangat jarang menyapa orang menjaga silaturahim baik dia, apalagi tentu perangkat bawahnya. Mestinya kalau dia konsen, dia mengoptimalkan bawahannya, KSP, untuk bekerja, saling silaturahim terus menerus," kata dia.