Suara.com - Koalisi masyarakat sipil yang terdiri dari beberapa tokoh lintas agama menyatakan sikap terkait siatuasi kebangsaan saat ini. Khususnya kasus teror yang terjadi di beberapa tempat.
Konfrensi pers digelar di kantor Maarif Institute, Jalan Tebet Barat Dalam, Jakarta Selatan, Selasa (15/11/2016). Konfrensi pers bertema 'Melawan Teror, Menjaga Keberagaman'.
Tokoh yang tergabung dalam koalisi ini yaitu Usman Hamid, Rumadi, Romo Benny Susatyo, Fajar Riza Ul Haq, Ray Rangkuti, Jeirry Sumampow, Yudi Latif, Ismail Hasani, Abdullah Darraz dan Ahmad Imam Mujadid Rais.
Dalam konfrensi pers, Ray Rangkuti membacakan pernyataan sikap bersama. Katanya, hal itu terkait dengan situasi kebangsaan dua minggu terkahir ini, dimana terjadi pelemparan bom molotov dan ancaman teror terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Baca Juga: Cerita Ketua MPR Bertemu Orang Tua dan Bicara Demo 4 November
"Seperti yang kita lihat pada kasus pelemparan bom molotov yang terjadi di Samarinda pada Minggu (13/11/2016) kemarin. Juga di Singkawang, di Kalimantan Barat pada Senin (14/11/2016), kemudian di Surabaya (09/11/2016) dan Batu (14/11/2016)," kata Ray.
Menurut Ray, kejadian-kejadian tersebut membuat publik prihatin sekaligus cemas. Ia menilai, jika dibiarkan, kasus-kasus tersebut berpotensi menjadi konflik sosial yang lebih luas sesama warga negara Indonesia.
"Bahkan, teror-teror akhir ini tidak melihat lagi korban yang disasar. Seorang anak kecil yakni Ananda Intan Olivia Marbun yang masih berusia 2,5 tahun akhirnya meninggal dunia akibat terkena bom molotov di Samarinda. Sementara itu, lanjut Ray, tiga anak lainnya masih dalam perawatan di rumah sakit," ujar Ray.
Ray berpendapat, tindakan demikian samasekali tidak dapat ditolerir. Katanya, Bahkan sudah menjadi ancaman tersendiri terhadap keamanan anak kecil.
Berikut enam poin pernyataan sikap bersama koalisi masyarakat sipil:
Baca Juga: Ini Alasan Jokowi Safari Politik Usai Demo 4 November
1. Merasa prihatin dam geram atas makin maraknya berbagai aksi teror yang mengoyak kehidupan berbangsa dan merusak rasa aman warga masyarakat.
2. Menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya terhadap para korban tragedi peledakan bom yang mengoyak-oyak rasa kemanusiaan kita.
3. Kepada masyarakat Indonesia harus bersama-sama, bahu membahu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif, aman, nyaman dan damai. Kedewasaan masyarakat Indonesia tengah diuji melalui serangkaian aksi-aksi simpatik. Namun kita semua percaya bahwa bangsa ini akan mampu melewatinya dengan baik, dengan terus menerus berpegangan pada konstitusi, Pancasila dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
4. Kepada tokoh-tokoh agama, politik, adat dan masyarakat, kami menyerukan agar dapat memberikan pernyataan-pernyataan yang menyejukkan dan menghindari adanya polemik di masyarakat, terutama berkaitan dengan isu SARA.
5. Kepada negara dalam hal ini Presiden, Wakil Presiden dan Kepolisian agar dapat menjamin keamanan dan kedamaian dengan menindak tegas pelaku kekerasan dan mencegah upaya-upaya pengacauan keamanan atas nama agama dan atau politik. Begara tidak boleh kalah dengan kelompok-kelompok tersebut
6. Kami tetap tidak bosan-bosannya untuk menyerukan betapa pentingnya menghormati keberagaman kita sebagai bangsa, menjunjung tinggi hak asasi setiap warga negara dan meninggalkan budaya toleransi. Hanya dengan modal ini, bangsa Indinonesia dapat dipertahankan sampai masa depan.