Suara.com - Donald Trump terpilih menjadi presiden Amerika Serikat (AS), mengalahkan Hillary Clinton, dalam pilpres AS, Selasa (8/11/2016). Mungkin masih banyak orang yang tidak memperhatikan bahwa sebenarnya Clinton memperoleh suara lebih banyak ketimbang Trump.
Clinton meraih 59.814.018 suara, unggul lebih dari 200.000 suara dari Trump yang hanya merebut 59.611.678 suara. Lalu, mengapa justru Trump yang terpilih menjadi presiden AS?
Hal ini terjadi karena sistem pemilihan presiden di AS. Di AS, kedua capres yang ada bersaing untuk mendapat "electoral vote" terbanyak, bukan vote atau suara terbanyak (populer). "Electoral vote" adalah suara yang dimiliki oleh "electoral college", yakni badan perwakilan yang terdiri atas para "elector".
Jumlah "elector" di tiap negara bagian berbeda-beda, tergantung dari populasi penduduk masing-masing. Para "elector" inilah yang memberikan suaranya kepada para capres. Saat ini, ada 538 "elector" di seluruh negara bagian yang ada di AS.
Jadi, para pemilih yang berangkat ke tempat pemungutan suara tidak langsung memilih capres yang ada. Mereka memilih para "elector" tadi.
Para "elector" dipilih oleh parpol di tiap negara bagian. Jadi apabila seorang warga memberikan suaranya untuk Trump pada Pilpres AS kemarin, dan Trump memenangkan "popular vote" (suara terbanyak) di negara bagiannya, maka para "elector" yang sudah dipilih Partai Republik akan memberikan suara bagi Trump di ibu kota negara bagian pada 19 Desember mendatang. "The winner takes all", yang artinya, pemenang di sebuah negara bagian, berhak atas seluruh "elector" di negara bagian tersebut, meski hanya unggul satu suara saja.
Jadi, singkatnya, masyarakat Amerika Serikat sejatinya memilih para "elector" yang akan memilih presiden. Seorang presiden butuh 270 dukungan "elector" untuk menjadi presiden. Berdasarkan penghitungan akhir yang dikutip dari sumber Associated Press, Donald Trump berhasil mengumpulkan 279 "electoral vote" atau suara "elector" sedangkan Clinton hanya didukung oleh 228 "electoral vote". (NYTimes, Metro,Associated Press)
Clinton Dapat Suara Lebih Banyak, Tapi Mengapa Trump yang Menang?
Ruben Setiawan Suara.Com
Kamis, 10 November 2016 | 19:38 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Orang Kepercayaan Donald Trump Sebut Dubes Inggris untuk AS 'Bodoh'
21 Desember 2024 | 17:01 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
News | 23:30 WIB
News | 22:34 WIB
News | 21:25 WIB
News | 21:23 WIB
News | 20:46 WIB