Suara.com - Krokot merupakan makanan kesukaan jangkrik (Gryllidae sp). Krokot adalah tanaman liar berdaun hijau tua di bagian permukaan atas dan merah tua pada bagian permukaan bawah.
Lalu, melalui sebuah rekonstruksi sejarah dan pengetahuan soal pangan, Hayu Dyah Patria (35) menemukan racikan spesial selai berbahan tanaman yang umumnya hidup di kawasan persawahan atau wilayah tandus itu.
"Krokot setelah kami rekonstruksi sejarah pangan di desa, saya tanya ke ibu-ibu atau nenek-nenek yang sudah sepuh, dulu waktu kecil atau masih muda, saya tanya krokot dibuat apa," kata dia dikutip dari Antara.
Perempuan asal Sidoarjo, Jawa Timur, bercerita para sepuh di masa lalu kerap memanfaatkan krokot untuk dibuat botoks (masakan berbahan sayuran)p hingga bahkan pepes dan sayur asam.
"Di sana ada ibu-ibu muda, terjadilah transfer pengetahuan. Nenek-nenek ini mulai cerita kalau krokot dibuat botoks atau pepes. Dibuat sayur asam karena rasanya sedikit asam. Cocok dibuat sayur asam," kata Hayu.
"Kemudian setelah itu, kami memikirkan juga selain dibuat masakan atau lauk pauk bisa dibuat kue enggak? Kemudian ada ide dibuat selai krokot," Hayu menambahkan.
Berbekal pengetahuan sewaktu menjadi mahasiswi teknologi pangan, Hayu bersama rekan-rekannya sesama pemerhati pangan mulai mengolah krokot menjadi penganan selai.
Dia paham kalau krokot kaya kandungan berbagai macam vitamin serta asam lemak omega-3, yang bagus untuk perkembangan sel otak anak.
"Untuk selai, krokot direbus bersama gula putih, sampai airnya berkurang. Krokotnya dicacah dulu. Perbandingannya 1:1. Sampai mengental. Rasanya sedikit asam yang ringan, enak dan renyah," kata dia.
Berawal dari "ada yang salah"
Hayu tak begitu saja mengindentifikasi tanaman-tanaman liar semisal krokot di kawasan tinggalnya, apalagi di desa orang lain, Galengdowo, Jawa Timur.
Berawal dari keprihatinan banyaknya kasus malnutrisi di desa dan kota di Indonesia, perempuan berkulit sawo matang itu tahu bahwa tanah Indonesia sebenarnya kaya akan keanekaragaman hayati.
Hanya saja, dari ribuan identifikasi yang dilakukan Badan Pangan Dunia baru sekitar satu persen tanaman pangan yang telah dimanfaatkan. Sementara setengahnya ternyata merupakan tanaman liar yang kerap dipandang sebelah mata.
"Awalnya itu saya selalu mendengar bahwa Indonesia kaya dengan keanegaragaman hayati nomor tiga terbesar di dunia. Tetapi ketika saya lulus kuliah, dan terjun ke lapangan, ke desa-desa, bahkan di kota banyak sekali kasus malnutrisi. Di situ saya berpikir ada yang tidak beres di sini," tutur Hayu.
"Data FAO mengatakan Indonesia sendiri itu mempunyai 7000 ribu jenis tanaman pangan liar. Tetapi yang baru dimanfaatkan itu kurang dari 1 persen," imbuh dia.
Dari situlah, sekitar tahun 2010 dia mulai bergelut dengan dunia tanaman liar, menjelajah hutan-hutan demi menemukan tanaman-tanaman yang berpotensi menjadi tanaman pangan namun belum diketahui.
"Jadi sebenarnya kalau dipikir ada lebih banyak makanan tetapi mengapa banyak orang yang kelaparan. Dari situ saya mulai mengidentifikasi tanaman-tanaman yang bisa dimakan. Sebenarnya tanaman-tanaman ini yang bagi sebagian orang tidak bernilai ekonomi, adalah tanaman-tanaman yang bisa disebut superfoods," ujar Hayu.
"Karena nutrisinya lebih tinggi, tidak terpapar pestisida atau bahan kimia lainnya. Bisa didapatkan di mana saja dengan harga yang murah. Atau bahkan gratis," kata dia.
Saat ini Hayu telah mengidentifikasi sekitar 300 jenis tanaman liar yang berpotensi menjadi tanaman pangan masyarakat. Tanaman-tanaman ini, kata dia, kandungan gizinya tak kalah dari tanaman yang telah dibudidaya petani.
"Untuk melestarikan tanaman liar, sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan memerangi kekurangan gizi dengan cara yang masuk akal,” kata dia.
Usaha Hayu memperkenalkan krokot pada warga desa salah satunya Galengdowo berbuah hasil. Masyarakat perlahan memanfaatkan tanaman itu bahkan sebagian dari mereka ikut serta mengindentifikasi tanaman-tanaman liar lain.
Pada 2012 lalu, Hayu sempat diganjar penghargaan yang diprakarsai sebuah perusahaan bidang otomotif dan berbagai bidang lainnya atas upayanya memberdayakan gizi dari tanaman liar.