Selisih Suara Trump dan Clinton Masih Tipis

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 09 November 2016 | 09:18 WIB
Selisih Suara Trump dan Clinton Masih Tipis
Donald Trump dan Hillary Clinton. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Selisih suara antara kandidat Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald J. Trump dan Partai Demokrat Hillary Clinton masih tipis. Hasil sementara pemilu Presiden AS di serangkaian negara bagian menunjukkan dengan jelas menunjukkan Bangsa AS kini dalam kondisi terpolarisasi. 

Di Florida, Donald Trump memimpin suara di kalangan pemilih kulit putih, termasuk mereka yang memiliki gelar sarjana. Sementara Hillary Clinton juga didukung oleh kenaikan pemilih kulit putih. Kira-kira empat dari 10 pemilih Florida dalam pemilihan Selasa (8/11/2016) adalah kulit putih, dan mereka menyumbang lebih dari setengah dari Mrs. Clinton pendukung di sana.

Menurut salah seroang Senator Republik, Marco Rubio, pihaknya berjuang keras untuk membantu menggagalkan Demokrat mengambil alih  komposisi di Senat.

Hasil awal dari Pantai Timur dan Rust Belt juga menunjukkan perlombaan ketat siapa yang akan melenggang ke Oval Office sebagai Presiden AS. Di North Carolina, jajak pendapat mencerminkan pemilih yang mirip dengan salah satu yang ternyata empat tahun lalu, mungkin meningkatkan harapan  Clinton untuk menang di sana.

Di Virginia, kedua kandidat berkampanye intens. Namun sampai kini tetap terlalu dini untuk menentukan pemenang sebagai pemungutan suara ditutup di persemakmuran. Dan di Georgia, sebuah negara Southern mana Demokrat telah menyatakan harapan untuk kemenangan mengejutkan. Hasil awal juga menyarankan juga menunjukkan selisih yang ketat di Pennsylvania, Ohio dan Michigan.

Satu hal yang pasti, suasana pesimis lebih kuat daripada empat tahun lalu. Sekitar 60 persen pemilih di AS mengatakan negara ini serius berada dalam jalur yang salah. Sebagian pemilih mengatakan mereka bersemangat untuk perubahan di Washington, meskipun mereka menyatakan kecewa bahwa masalah tersebut telah diabaikan dalam kampanye brutal, panjang dan jahat dalam Pilpres 2016 kali ini. (New York Times)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI