Suara.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan bahwa pihaknya sedang mengkaji, apakah ujian nasional masih diperlukan atau tidak.
"Berdoa saja ya, mudah-mudahan," kata menteri tanpa melanjutkan penjelasannya saat mengunjungi SMK Negeri I Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Sabtu (5/11/2016).
Saat berkunjung secara mendadak itu, menteri yang didampingi Sesjen Kemendikbud Didik Suhadi dan Bupati Banggai Herwin Yatim itu, memasuki sejumlah ruangan untuk berdialog langsung dengan para siswa.
Saat berada di ruang Kelas XII jurusan, seorang siswa bernama Mohamad Kaharuddin tiba-tiba mengancungkan tangan dan meminta kesempatan untuk bertanya kepada Mendikbud yang sudah mengambil posisi untuk keluar kelas.
"Mohon maaf pak menteri, boleh saya bertanya," ujar Kaharuddin tanpa malu-malu dan langsung dipersilahkan menteri untuk mengajukan pertanyaan.
"Pak menteri, apakah ujian nasional itu masih akan dilakukan? Apakah UN tidak menghambur-hamburkan dana saja," ujarnya yang disambut tepuk tangan para siswa dan guru.
"Lha menurut kamu bagaimana," jawab menteri.
"Menurut saya pak, UN tidak perlu lagi, dihapus saja, karena kalau UN itu, siswa pasti meniru-niru temannya. Maksudnya menyontek. Jadi UN buang-buang dana saja," katanya tegas dan disambut tepuk tangan riuh para siswa.
"Siapa yang suruh kamu bertanya seperti itu," timpal menteri lagi sambil tersenyum.
"Tidak ada pak, ini ide saya sendiri," ujar Kaharuddin.
"Kalau begitu saya mau kasih hadiah sama kamu," kata menteri sambil mencabut dompetnya dan menyerahkan selembar uang kertas dan disambut pekik ria para siswa.
Menjawab pertanyaan siswi di kelas yang sama bernama Firra Palesa tentang bagaimana meningkatkan prestasi siswa, menteri mengatakan bahwa ke depan, para guru diwajibkan untuk berada di kelas selama delapan jam sehari atau minimal 40 jam seminggu agar siswa betul-betul maksimal dalam belajar.
"Dengan belajar delapan jam sehari di kelas, maka pada hari Sabtu akan diliburkan sehingga waktu hari Sabtu dan Minggu itu bisa digunakan anak-anak untuk berkumpul bersama keluarga," ujar menteri dan lagi-lagi disambut sorak-sorai para siswa dan guru.
Sebelum meninggalkan ruang kelas tersebut, Mendikbud juga memberikan hadiah uang kepada Firra Palesa atas keberaniannya mengajukan pertanyaan kepada menteri.
Di semua kelas yang dikunjungi, menteri mengecek siswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP). Sejumlah siswa yang ditemui mengaku sudah menerima KIP namun sampai saat ini belum bisa mencairkan uangnya dan belum tahu bagaimana mencairkan dananya.
"Saya minta KIP kalian dikumpulkan kepada Kepala Sekolah yang akan melaporkannya ke Jakarta (Kemendikbud) agar bisa diatur pencairannya melalui Bank Rakyat Indonesia," ujar menteri.
Para siswa penerima KIP di tingkat SMU/SMK akan mendapat bantuan pendidikan sebesar Rp1 juta/tahun untuk meringankan beban siswa dalam memenuhi kebutuhan pendidikan seperti pengadaan buku tulis dan buku pelajaran serta pembelian pakaian seragam.
Selama dua hari di Luwuk, Mendikbud mengunjungi sejumlah sekolah seperti SD Cokroaminoto, kompleks pendidikan Muhammadiyah, kompleks pendidikan Gereja Kristen Luwuk Banggai, dan Sekolah luar Biasa (SLB) Luwuk. (Antara)