Antonio melanjutkan, awal mula kiprahnya terjun ke dunia pornografi juga tidak berjalan mudah. Berbagai penolakan dan diskriminasi tak jarang dia terima di industri yang terlarang di negaranya Suriah.
"Ketika produser asal Jerman mengetahui saya dari Suriah, saya langsung mendapat respons negatif dan berbagai penolakan. Ada semacam diskriminasi terhadap pengungsi dari komunitas masyarakat di Jerman," ujarnya.
"Banyak orang Suriah di Jerman mengklaim, mereka tidak mendapatkan perlakuan rasisme, dan segala sesuatunya berjalan lancar. Saya rasa mereka telah berbohong kepada diri sendiri," jelasnya.
Terkait komentar keluarganya serta cibiran dari sesama pengungsi terhadap profesinya, Antonio mengatakan dia melakukan hal itu karena tidak terlepas dari tekanan psikologis yang muncul akibat perang saudara di Suriah.
"Keluarga saya telah mengatakan saya membuat mereka malu, dan pengungsi lainnya mengatakan saya tidak membantu penggambaran tentang pengungsi. Saya tidak setuju dengan itu," kata Antonio.
"Selama lebih dari lima tahun, Suriah telah digambarkan dengan reruntuhan gedung, dibantai, mayat mereka di laut Mediterania, atau dipermalukan disepanjang perjalanan berbahaya menuju Eropa."
"Sesungguhnya, itulah yang mendegradasi dan melanggar 'tubuh orang Suriah'. Ya, saya menggunakan tubuh saya. Saya gunakan untuk bisa bercinta, melakukan seks, dan tidak hanya disiapkan untuk mati," pungkasnya. (Daily Mail)