Suara.com - Sekelompok orang yang demonstrasi dan mengusir calon petahana gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ketika kampanye di Jalan Ayub, Rawa Belong, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016) sore, diduga bukan warga setempat.
"Saya kira ini menciderai demokrasi kita ya. Masyarakat semula terima kok. Masyarakat penduduk asli terima kok. Mereka hanya segelintir orang yang meneriak-neriakin itu," ujar Ahok di Polsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Ahok menyadari aksi tersebut dipicu ucapannya yang kemudian dianggap menistakan agama. Setelah kasus dilaporkan ke polisi, sekarang sedang ditangani Bareskrim Polri, untuk diteliti apakah mengandung delik pidana atau tidak.
Ahok mengatakan hukum tidak bisa dipaksa untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka.
"Kalau kayak gini kan kasihan masyarakat ketakutan dengar suara-suara begitu, teriak-teriak begitu. Ini telah menciderai demokrasi di Indonesia," katanya.
Walaupun sudah beberapakali ditolak warga saat kunjungan, Ahok mengatakan tidak akan menambah jumlah pengamanan.
"Tambah (pengamanan) mau ngapain? Mau ngajak berantem gitu?" kata Ahok.
Ahok memahami warga yang tak menyukainya tentu akan melakukan aksi serupa.
"Mereka akan datang kalau kita datang. Saya udah perkirakan hari pertama, hari kedua (saat kampanye) kemarin, mereka mulai ngerasa kecolongan. Makanya hari ketiga mereka pasti datang (demo)," kata Ahok.
"Saya kira negara tidak boleh takluk pada premanisme," Ahok menambahkan.
Baca Berita Menarik Lainnya:
Tompi: Saya Bukan Ahokers, Tapi..
Akhirnya, SBY Bicara Aksi 4 November Sampai Isu Harta Rp9 Triliun
Foto Celine Evangelista Perutnya Buncit, Hamil oleh Stefan?
Kocak! Goyang Dumang, Kakek Ini Gegerkan Medsos
Djarot Baru Tahu Foto Ahok Beredar di Suriah