Suara.com - Sekitar empat ribu petugas gabungan Polri, TNI, dan Satpol PP Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ikut apel pasukan pengamanan pilkada dan rencana demonstrasi Jumat (4/11/2016) di silang Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (2/11/2016).
Ada pemandangan menarik yang ditampilkan sebagian anggota. Biasanya, mereka membawa senjata lengkap sesuai kesatuan masing-masing. Tetapi pagi tadi, sebagian anggota polisi mengenakan peci berwarna putih dan sorban.
Usai mendengar instruksi dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima Jendral Gatot Nurmantyo, pasukan berpeci dan bersorban melantunkan bacaan Asmaul Husnah sambil duduk bersila.
Pengamanan pilkada di Jakarta yang akan diselenggarakan pada 15 Februari 2017 mendapat bantuan dari 16 polda.
Pelaksanaan pilkada nanti akan dijaga sebanyak 71.983 anggota gabungan.
Apel gelar pasukan gabungan hari ini sekaligus untuk persiapan pengamanan rencana demonstrasi organisasi kemasyarakatan Islam yang akan diselenggarakan 4 November di depan Istana Merdeka dan Balai Kota.
Tito meminta anggota masyarakat tetap mematuhi aturan saat menyampaikan aspirasi.
"Unjuk rasa juga sangat mungkin terjadi. Jelas disebutkan bahwa penyampaian pendapat merupakan hak, namun hak ini tidak absolut, ada batasan-batasan," kata Tito.
Pesan Tito yang pertama para demonstran harus menghargai hak asasi manusia. Kedua, harus tetap menjaga ketertiban umum.
"Ketiga menaati aturan moral dan etika. Serta penyampaian pendapat di muka umum tidak boleh mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa," kata Tito.
Tito mengingatkan aparat keamanan akan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Tempat Umum, dalam bertugas.
"Sepanjang demonstran sesuai dengan aturan kita layani, lindungi. Kalau melanggar kita akan lakukan secara persuasif dan komprehensif untuk penegakan hukum. Kalau ada pelanggaran hukum, kita dorong ikuti tata cara konstitusional," kata dia.