Sesekali, Sudirman dan para sandera berburu hewan untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Itupun dengan risiko disiksa jika tertangkap perompak.
"Kalau menangkap hewan untuk makan itu ada tanggungannya. Kami kalau ketauan bisa diikat kaki dan tangannya digulingkan seperti huruf U. Ada ganjarannya. kalau tidak terlihat tidak masalah," kata Sudirman.
Selama sandera, Sudirman beserta puluhan tawanan asal Asia lainnya sudah seperti keluarga.
"Kami sesama ABK seperti keluarga. Akhir September 2016 ada warga negara Kamboja, yang kena tembak karena ingin buang air kecil, tidak boleh sama pembajak. Malah mengeluarkan kata kotor kepada orang Kamboja itu," kata Sudirman.
Tak terima dimaki, tawanan asal Kamboja membalas teriakan perompak. Alhasil, dia harus menerima timah panas menembus kakinya.
"Tidak terima, orang kamboja ditembak kakinya, sampai tidak jalan beberapa Minggu," ujar Sudirman.
Akibatnya, para sandera mmemilih mogok makan. Alasannya, jika seluruh tawanan tewas kelaparan, para perompak tak bisa meminta uang tebusan.
"Kami tidak menerima, kenapa tidak sekalian ditembak mati saja kami semua. Jangan menyiksa secara perlahan, akhirnya kami sempat mogok makan supaya pembajak tidak dapat uang kalau kami mati semua kan," ujar Sudirman.
Ketika ditanya oleh para pewarta, apakah akan ada rencana untuk kembali berlayar, Sudirman dan tiga rekannya belum berpikir ke sana.
"Kami berempat berdiri di sini (depan para wartawan) saja, tidak menyangka. Kami, masih trauma tidak ada kepikiran buat berlayar," ujar Sudirman.