Kampung Pecinan Mangga Besar, Pilih Agus atau Ahok, Ini Jawabnya

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 28 Oktober 2016 | 19:30 WIB
Kampung Pecinan Mangga Besar, Pilih Agus atau Ahok, Ini Jawabnya
Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno pegang nomor urut di pilkada Jakarta [suara.com/Nikolaus Tolen]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada Rabu (19/10/2016) lalu, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mengunjungi warga di kawasan Vihara Avalokitesvara, Jalan Mangga Besar Raya, 58, Jakarta Barat.

Apakah setelah dikunjungi Agus dan Sylviana, lantas warga setempat akan memilih mereka pada 15 Februari 2016?

“Itu, kan cuma kunjungan saja. Kunjungan itu, kan nggak selalu pasti kita yang dikunjungi bakal milih dia nantinya,” kata pengurus vihara, Warsito (51).

Ketika Agus dan Sylviana datang, Warsito adalah salah satu pengurus vihara yang turut mendampingi.

Menurut Warsito kunjungan semacam itu belum cukup untuk menarik dukungan masyarakat Tionghoa. Dia menyontohkan pada pilkada tahun 2012, daerah ini juga dikunjungi Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Kenyataannya, warga malah pilih Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

“Daerah sini dulu yang menang Jokowi. Nah itu tahun 2012 lalu kan Pak Fauzi Bowo-Nachrowi datang ke sini, tapi yang menang malah Jokowi-Ahok, jadi belum tentu yang kunjungan ke sini nantinya dipilih sama warga sini,” kata dia.

Tetapi ketika ditanya apakah masyarakat Tionghoa di daerah ini otomatis akan mendukung Ahok yang kini duet bersama Djarot Saiful Hidayat, Warsito tak mau buru-buru menyimpulkan.

“Nggak juga, soal politik gini kan susah ditebak. Jadi, meskipun Ahok satu etnis sama kita bukan berarti kita pasti milih dia di pilkada mendatang,” tutur Warsito.

Lebih jauh, Warsito mengungkapkan bahwa di daerahnya tidak ada satupun partai politik yang mendominasi.

“Nggak ada sih di sini, paling cuma dikunjungin kayak Agus kemarin aja, biasanya juga saya yang dampingin kalau ada yang blusuk-blusukan gitu,” kata dia.

Sementara itu, warga bernama Tionghoa bernama Edy Juliyanto (19) mengaku akan memilih Ahok di pilkada 2017. Alasannya, kinerja Ahok terbukti mampu membuat Jakarta menjadi lebih baik.

“Karena kinerjanya sudah terbukti bagus dalam membenahi ibu kota Indonesia ini, walaupun belum terlihat signifikan, tapi banyak sektor yang membaik saat dipimpin oleh Pak Ahok,” kata Edy.

Sedangkan dua pasangan lawan Ahok, Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus-Sylviana, menurut Edy, belum teruji.

“Saya rasa Ahok pantas untuk memimpin ibu kota kembali sebab 2 kandidat lain, kita belum tahu bagaimana cara mereka memimpin apakah akan semakin baik jika dipimpin oleh AHY ataupun Anies. Karena, mereka belum mempunyai track record dalam memimpin sebuah kota apalagi kota metropolitan seperti Jakarta,” kata Edy.

Hal senada juga dikatakan Veranica (19). Teman Edy yang berasal dari Grogol Petamburan menambahkan masyarakat Tionghoa memilih Ahok bukan karena sama-sama beretnis Cina, melainkan karena faktor kinerja.

“Kinerja Ahok udah terbukti bagus, banyak kali yang dinormalisasi, waduk pluit yang jadi bersih. Banyak pula gorong-gorong yang diangkat sampahnya. Daerah rumah saya pun yang biasanya menjadi daerah rawan banjir, sekarang sudah tidak banjir lagi. Terlepas dari etnis ataupun agama, menurut saya pasti Ahok banyak yang milih,” kata Veranica.

Terkait pendapat tentang, tiga pasangan cagub dan cawagub, warga bernama Andrian Feriangga (27) memiliki catatan sendiri.

“Pastinya setiap masing-masing kandidat mempunyai kelebihannya tersendiri. Kalau pasangan nomor satu menurut saya merupakan sosok yang tegas karena merupakan mantan TNI. Pasangan nomor dua, menurut saya sudah bagus dalam menjalankan program dalam jabatan sebelumnya. Untuk kekurangannya, menurut saya Pak Ahok masih terlalu arogan. Dan untuk pasangan nomor tiga ini saya tidak mengetahui banyak, karena saya tidak mengetahui latar belakangnya,” kata Andrian.

Menurut mereka memilih pemimpin tidak seharusnya berpatokan pada agama dan etnis, tetapi pada kinerja. (Indriana Shinta Tamara)

BERITA MENARIK LAINNYA:

Jessica Diganjar 20 Tahun, Lalu Melawan, Cuma Begini Reaksi Polisi

Ternyata, Banyak Warga Kecewa Jessica Diganjar 20 Tahun Penjara

Mertua Kisahkan Perasaan Arief dan Keinginan Mirna Punya Anak

20 Tahun Buat Jessica, Ayah Mirna: Tuhan Tunjukkan yang Dzolim

Tokoh Islam, Kristen, Katolik, Hindu Kumpul, Rasanya Adem

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI