Suara.com - Pelajaran berharga diraih salah satu wakil ganda putri Indonesia di turnamen Prancis Open Super Series 2016, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istirani.
Anggia/Ketut mengaku banyak mengambil hikmah dari kekalahan dengan unggulan pertama, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang), 13-21, 18-21, di babak pertama, Rabu (26/10/2016).
Kualitas dan jam terbang jadi pembeda diantara kedua pasangan ini. Kekalahan ini pun jadi yang pertama bagi Anggia/Ketut atas peringkat satu dunia tersebut.
"Kami mainnya sudah nothing to lose aja. Mengeluarkan yang terbaik dari kami. Mereka main lebih tenang dan lebih bisa mengatur tempo serta emosi di lapangan," kata Anggia.
"Mereka mainnya safe dan mereka bisa cepat mengubah tempo di lapangan. Kami banyak belajar tentang itu," Ketut menimpali.
Selain Anggia/Ketut, ganda putri Indonesia lainnya yang juga tersingkir lebih awal adalah pasangan Tiara Rosalia Nuraidah/Rizki Amelia Pradipta.
Tiara/Rizki takluk dari unggulan kelima asal Cina, Luo Ying/Luo Yu, juga dengan dua game langsung, 13-21, 11-21. Dengan demikian, maka Indonesia hanya menyisakan dua wakil ganda putrinya di turnamen berhadiah total 700 ribu dolar AS ini.
Kedua wakil yang tersisa itu, yakni Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari dan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari. Greysia/Nitya harus berjuang selama tiga game untuk menyingkirkan wakil tuan rumah, Emilie Lefel/Anne Tran, 19-21, 21-11, 21-12.
Sementara, Della/Rosyita berhasil menuntaskan dendam atas Stoeva bersaudara, 21-17, 21-7, yang sebelumnya menyingkirkan mereka di turnamen Denmark Open Super Series Premier, pekan lalu.