Suara.com - Kegagalan tim bulutangkis Indonesia membawa pulang gelar dari Denmark Open Super Series Premier 2016 yang berakhir, Minggu (23/10/2016), turut mendapat sorotan tajam dari Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi.
Menpora mengungkapkan kekecewaannya karena dinilai prestasi bulutangkis Indonesia menurun, khususnya sejak berjaya di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil, September lalu.
"Saat olimpiade kita gembira karena ada proses maju. Tapi saat Denmark Terbuka ada perubahan. Kita tidak boleh berubah dalam cara penanganan pemain lapis kedua maupun ketiga," kata Menpora di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin (24/10/2016).
Pada Olimpiade 2016, tim bulutangkis Indonesia sukses mengembalikan tradisi emas lewat pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Meski hanya satu emas, pasangan ini mampu mengembalikan euforia kesuksesan bulutangkis Merah Putih di multi event empat tahunan itu.
Hanya saja, kesuksesan di olimpiade tidak berlanjut pada Denmark Terbuka 2016. Wakil Indonesia tidak ada satupun yang mampu menjejakan kaki hingga laga final setelah dua pasangan yang lolos ke semifinal, Greysia Polii/Nitya Khishinda dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, harus menyerah dari lawan-lawannya.
Bahkan, pemain yang diharapkan mampu menjadi pendukung pemain unggulan, seperti Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi, Anggia Shitta/Ni Ketut Mahadewi hingga Praveen Jordan/Deby Susanto belum mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya.
"Makanya kami mendorong untuk melakukan evaluasi ke dalam. Menyiapkan pemain lapis kedua dan ketiga harus diperhatikan dengan baik," kata pria yang akrab dipanggil Cak Imam itu.
Menurut dia, bulutangkis merupakan salah satu cabang olah raga andalan untuk meraih prestasi ditingkat internasional. Untuk itu proses regenerasinya harus dilakukan dengan baik termasuk bagaimana mencari bibit-bibit muda potensial.
Dengan momen Musyawarah Nasional (Munas) PBSI di Surabaya, 30 Oktober-1 November mendatang, diharapkan menjadi media evaluasi termasuk bagaimana memaksimalkan sistem pembinaan.
"Dalam Munas harus dibicarakan bagaimana memaksimalkan klub. Klub merupakan tulang punggung pembinaan hingga melahirkan atlet-atlet potensial," kata pria kelahiran Bangkalan, Madura, itu. (Antara)