Merinding bulu roma ketika mendengar pengalaman mistis yang dialami petugas Rumah Sakit Moh. Ridwan Meuraksa bagian pencatat kematian bernama Suyanto (55).
Salah satu pengalaman yang dialami petugas rumah sakit milik TNI AD yang beralamat di Jalan Kramat Raya 174, Jakarta Pusat, itu, adalah ketika mendengar suara-suara misterius dari arah ruang jenazah.
"Kalau hal mistis saya sering, seperti mendengar suara tangisan seorang perempuan, suara meminta tolong," kata Suyanto kepada Suara.com, Rabu (12/10/2016).
Salah satu pengalaman yang dialami petugas rumah sakit milik TNI AD yang beralamat di Jalan Kramat Raya 174, Jakarta Pusat, itu, adalah ketika mendengar suara-suara misterius dari arah ruang jenazah.
"Kalau hal mistis saya sering, seperti mendengar suara tangisan seorang perempuan, suara meminta tolong," kata Suyanto kepada Suara.com, Rabu (12/10/2016).
Awal-awal bekerja di sana, dia merasa agak takut dengan kejadian-kejadian semacam itu.
Suatu malam, ketika sedang berjaga, Suyanto pernah melihat peristiwa yang mengagetkan. Seperti sosok manusia, tetapi warnanya hitam sekali. Sosok tersebut meminta sesuatu kepada Suyanto.
Suatu malam, ketika sedang berjaga, Suyanto pernah melihat peristiwa yang mengagetkan. Seperti sosok manusia, tetapi warnanya hitam sekali. Sosok tersebut meminta sesuatu kepada Suyanto.
"Saya pernah saya diperlihatkan sosok laki-laki berjubah hitam yang meminta diimami salatnya pada saat salam," kata Suyanto.
Bagi Suyanto, kejadian-kejadian di luar akal sehat yang dia temui selama ini merupakan hal biasa. Suyanto mengatakan semua rumah sakit tentu ada kejadian semacam itu.
Bagi Suyanto, kejadian-kejadian di luar akal sehat yang dia temui selama ini merupakan hal biasa. Suyanto mengatakan semua rumah sakit tentu ada kejadian semacam itu.
"Saya sih sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu, selama tidak mengganggu ya nggak apa-apa," katanya.
Pengalaman yang membuat bulu kuduk merinding juga sering ditemui oleh petugas pemandi jenazah sekaligus supir pengantar jenazah bernama Maryadi (42).
Salah satu di antaranya ketika dia menangani warga yang baru saja jatuh dari lantai 10 dengan keadaan sangat mengenaskan. Menangani jenazah seperti itu jauh lebih sulit dibandingkan warga yang meninggal secara wajar.
"Jenazah paling sulit itu korban kecelakaan, waktu itu pernah ada jenazah yang jatuh dari lantai 10. Itu lehernya putus dan mukanya hancur sebelah, nah itu yang sulit dimandikan, karena darahnya keluar terus," kata Maryadi.
"Jenazah paling sulit itu korban kecelakaan, waktu itu pernah ada jenazah yang jatuh dari lantai 10. Itu lehernya putus dan mukanya hancur sebelah, nah itu yang sulit dimandikan, karena darahnya keluar terus," kata Maryadi.
Saking sulitnya ditangani, akhirnya petugas meminta tolong dokter untuk menyatukan bagian-bagian tubuhnya terlebih dahulu sebelum dimandikan.
"Jadi kita harus panggil dokter, untuk menjahit leher dan wajahnya, walaupun nggak sempurna," kata Maryadi.
Pengalaman seru lainnya yang pernah ditemui Maryadi ialah ketika mengantarkan jenazah ke rumah duka di luar kota. Maklum, sebagai supir mobil jenazah, dia harus siap membawa jenazah ke mana pun.
"Saya pernah mengantar jenazah paling jauh lintas Sumatra itu ke Dumai. Kalau Pulau Jawa sampai Sumbawa," katanya.
Suatu hari, dia ditugaskan mengantarkan jenazah ke Sumatera. Anehnya, kata dia, dia sampai sebelas kali ganti ban mobil karena bocor terus.
"Ya saya pernah mengantar jenazah ke Palembang, sampai saya di Lampung Utara, ban mobil bocor, dalam jarak tiga kilometer ganti sampai 11 kali ganti ban," katanya.
Yang mengerikan lagi ketika dia mengantar jenazah korban kecelakaan ke Semarang, Jawa Tengah. Di tengah kegelapan malam, di jalan raya yang sepi, terdengar tangisan. Tiga anggota keluarga korban yang ketika itu duduk di dekat jenazah sampai kaget bukan main.
"Pernah lagi saya mengantar ke Semarang, jenazah kecelakaan, jenazah itu nangis. Ada keluarganya juga di belakang tiga orang, keluarga pada takut, tahu-tahu mobil terbalik berguling-guling, sampai jenazah terpental dan kepalanya keluar," kata Maryadi. (Yulia Enggarjati)