Tito Beri Hadiah Tiket Sekolah Buat Polisi Berani dari Bekasi

Selasa, 11 Oktober 2016 | 14:14 WIB
Tito Beri Hadiah Tiket Sekolah Buat Polisi Berani dari Bekasi
Kapolri Jenderal Tito Karnavian [suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kapolri Jendral Tito Karnavian mengatakan pengerahan anggota polisi secara berlebihan menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya kepercayaan publik terhadap Korps Bhayangkara.

"Saya pernah sampaikan, 400 ribu polisi yang berbuat baik, satu anggota saja melakukan kekerasan, meninggal, naik ke media itu akan menghapuskan yang baik-baik tadi semua," kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (11/10/2016).

Itu sebabnya, Tito berharap kepada semua anggota jangan lagi menggunakan kekuatan secara berlebihan dalam menangani permasalahan di tengah masyarakat.

Tito mengakui paket kebijakan yang dia buat untuk mencegah tindakan kekerasan oleh anggota polisi belum diketahui oleh semua anggota kepolisian.

"Jadi peran setiap orang (polisi) sangat penting. Bukan hanya para pimpinan. Nah ini yang belum sampai ke bawah. Kita akan terus lakukan sosialisasi, kemudian memberikan reward and punishment," ujar Tito.

Terkait reward dan punishment, Tito mengatakan sudah menerapkan hal itu.

"Jadi seperti yang kemarin ada dua direktur narkoba yang kita anggap, menurut pemeriksaan awal melakukan penyalahgunaan, ya kita langsung tindak, saya melakukan video conference, saya ambil langsung serah terimanya, itu di depan semua, seluruh Indonesia di depan monitor," tutur Tito.

Tito memberikan contoh ketika dia baru saja memberikan reward kepada sejumlah anggota polisi yang berhasil melaksanakan tugas dengan baik, di antaranya anggota Polres Kota Bekasi.

"Tadi pagi saya memberikan reward kepada anggota Polres Bekasi yang berhasil setelah tembak-tembakan menangkap pelaku perampokan. Saya berikan tiket holder untuk sekolah. Artinya, dia langsung masuk sekolah nanti tanpa perlu tes. Nah ini saya akan lakukan," kata Tito.

Tito berjanji memberikan punishment kepada polisi yang terbukti melakukan kesalahan sehingga mencoreng nama baik organisasi. Dan akan memberikan reward kepada anggota polisi yang berprestasi.

"Tolong diberitakan karena saya akan lakukan di polsek, polres, polda, di manapun yang ada anggotanya punya prestasi tingkat nasional, saya akan datang memberikan penghargaan langsung. Bila perlu ke papua, ke NTT, ke pulau yang saya lihat anggotanya berhasil betul, saya nggak akan segan-segan datang," kata Tito.

"Silakan diberitakan supaya yang lain tahu. Saya akan menciptakan iklim kompetisi yang sehat," Tito menambahkan.

Tito menyebutkan 10 program prioritas yang akan dia jalankan sebagai kapolri.

"10 program itu adalah pemantapan reformasi internal Polri, peningkatan pelayanan publik yang lebih mudah bagi masyarakat dan berbasis IT, penanganan kelompok radikal prokekerasan dan intoleransi yang lebih optimal, peningkatan profesionalisme polri menuju keunggulan," kata Tito.

"Peningkatan kesejahteraan anggota Polri, peningkatan tata kelembagaan melalui pemenuhan proporsionalitas anggaran dan kebutuhan Min Sarpras, pembangunan kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap Kamtibmas, penguatan Harkamtibmas (Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat), penegakan hukum yang lebih profesional dan berkeadilan, penguatan pengawasan, serta quick wins polri," Tito menambahkan.

Semua program tersebut akan dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap satu berada di 100 hari pertama masa jabatannya, tahap kedua pada November 2016-Desember 2019. Dan tahap pada III Januari 2020-Desember 2021.

Menjelang 100 hari masa kepemimpinannya, Tito menyampaikan komitmen untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri.

"Jadi 100 hari ini, saya sebetulnya ingin menaikkan publik trust. Saya mendapatkan informasi dari beberapa survei, kepercayaan publik kepada Polri cenderung sudah meningkat," kata Tito.

"Memang kepercayaan itu tidak pada papan atas, tapi papan menengah. Tapi sudah tidak di bawah seperti dulu," Tito menambahkan.

Menurut Tito faktor pendorong meningkatnya kepercayaan publik terhadap Polri disebabkan dua hal. Pertama, figur kapolri dan kedua, perbaikan kinerja.

"Pendorongnya sementara ini menurut beberapa survei karena figur. Harapan kepada Kapolri. Kemudian yang kedua karena ada beberapa perbaikan kinerja seperti pengungkapan kasus-kasus seperti terorisme, penyanderaan dan beberapa kasus lain yang diungkap," ujar Tito.

Tito mengakui masih ada hal yang belum berhasil diungkap secara maksimal oleh polri, terutama kaitannya dengan kultur yang terbangun di internal organisasi.

"Ada juga hal yang belum berhasil diungkap sepenuhnya terutama perubahan kultur. Kinerja sudah sedikit membaik, tapi kultur belum," tutur Tito.

Kultur yang dimaksud, di antaranya arogansi anggota polisi serta adanya budaya koruptif.

"Kultur arogansi, budaya koruptif, penggunaan kekerasan aksesif, ini masih ada. Seperti konflik-konflik yang terjadi, kantor-kantor polisi ada yang dirusak. Nah itu yang belum," ujar Tito.

Tito mengakui paket kebijakan yang dia buat untuk mengatasi kultur negatif tersebut belum tersosialisasikan ke seluruh lini.

"Karena apa? Komanderwis dan kebijakan yang saya buat ini baru sampai ke tingkat middle manager, belum sampai ke tingkat para pelaksana di lapangan, para Bintara dan Tamtama. Ini belum sampai," kata Tito.

Bukan cuma anggota polisi tingkat bawah, perwira pertama pun masih banyak yang belum mengetahuinya.

"Sehingga mereka tidak menyadari bagaimana pentingnya publik trust. Dan bagaimana pentingnya peran mereka tiap-tiap orang," kata Tito.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI