"Pendorongnya sementara ini menurut beberapa survei karena figur. Harapan kepada Kapolri. Kemudian yang kedua karena ada beberapa perbaikan kinerja seperti pengungkapan kasus-kasus seperti terorisme, penyanderaan dan beberapa kasus lain yang diungkap," ujar Tito.
Tito mengakui masih ada hal yang belum berhasil diungkap secara maksimal oleh polri, terutama kaitannya dengan kultur yang terbangun di internal organisasi.
"Ada juga hal yang belum berhasil diungkap sepenuhnya terutama perubahan kultur. Kinerja sudah sedikit membaik, tapi kultur belum," tutur Tito.
Kultur yang dimaksud, di antaranya arogansi anggota polisi serta adanya budaya koruptif.
"Kultur arogansi, budaya koruptif, penggunaan kekerasan aksesif, ini masih ada. Seperti konflik-konflik yang terjadi, kantor-kantor polisi ada yang dirusak. Nah itu yang belum," ujar Tito.
Tito mengakui paket kebijakan yang dia buat untuk mengatasi kultur negatif tersebut belum tersosialisasikan ke seluruh lini.
"Karena apa? Komanderwis dan kebijakan yang saya buat ini baru sampai ke tingkat middle manager, belum sampai ke tingkat para pelaksana di lapangan, para Bintara dan Tamtama. Ini belum sampai," kata Tito.
Bukan cuma anggota polisi tingkat bawah, perwira pertama pun masih banyak yang belum mengetahuinya.
"Sehingga mereka tidak menyadari bagaimana pentingnya publik trust. Dan bagaimana pentingnya peran mereka tiap-tiap orang," kata Tito.