Suara.com - Tutik Zakariyah akhirnya berani melapor ke polisi. Perempuan berusia 40 tahun itu, Minggu (9/10/2016) siang, mendatangi Polres Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Warga Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, melapor menjadi korban penggandaan uang yang dilakukan Taat Pribadi, pengasuh Padepokan Dimas Kanjeng, di Dusun Jenggelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo.
Total uang Tutik yang pernah disetor ke padepokan tak tanggung-tanggung. Lebih dari Rp1 miliar. Uang tersebut sampai sekarang tak pernah kembali, padahal dulu dijanjikan akan dilipatgandakan Taat Pribadi.
Di kantor polisi, Tutik menceritakan awal mula kenal Padepokan Dimas Kanjeng. Dia kenal lewat teman yang sudah lebih dulu menjadi pengikut.
Ketika itu,Tutik dikenalkan kepada Mishal Budiarto alias Sahal. Di padepokan, Sahal punya gelar sultan. Belakangan, Sahal ternyata ditangkap anggota Polda Jawa Timur karena kasus pembunuhan terhadap pengikut Taat Pribadi, Ismail Hidayat.
Tutik bercerita, dulu menyetor uang ke padepokan dalam tiga tahap. Tahap pertama, Rp500 juta lewat Sahal. Tahap kedua Rp50 juta lagi juga lewat Sahal. Sedangkan tahap yang ketiga, Rp500 juta langsung ke Taat Pribadi.
Ketika menyetor ke Taat Pribadi sekitar dua bulan yang lalu, Tutik diberi cincin berwarna merah delima. Katanya cincin ini bisa dipakai buat penebusan.
Sampai akhirnya, September lalu, dia datang ke Probolinggo sambil mengenakan cincin tersebut untuk mengambil uang yang digandakan. Tapi ternyata...
"Ketika berada di Padepokan Dimas Kanjeng ternyata, beliau (Taat Pribadi) sudah ditangkap polisi," ujar Tutik.
Walau Taat Pribadi ditangkap polisi karena kasus penipuan dengan modus penggandaan uang, Tutik tetap bertahan di Probolinggo sambil tetap berharap uang kembali. Dia tinggal di rumah saudara.
"Sambil menunggu pencairan saya menunggu di rumah saudara di Probolinggo. Karena, tak kunjung ada kejelasan atas rencana pencairan uang yang sudah saya setorkan. Lantas saya langsung melapor ke polisi," kata dia.
Tutik pun menceritakan semuanya kepada penyidik. Rencananya, dia juga akan menyerahkan semua barang bukti ke polisi.
Dengan adanya laporan Tutik, kini jumlah warga yang mengaku menjadi korban menjadi delapan orang.
"Nanti semua laporan itu akan kita pelajari dan dilengkapi untuk menjadi alat bukti penuntutan. Kita akan masih lakukan penyelidikan. Tunggu proses selanjutnyalah," ujar Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara Syaifudin kepada Suara.com.
Polres Buka 24 Posko Pengaduan Dimas Kanjeng
Arman mengimbau masyarakat yang pernah dirugikan Taat Pribadi untuk segera melapor ke posko. Polres Probolinggo telah membuka 24 posko pengaduan.
"Kita membuka 24 posko pengaduan yang tersebar di masing-masing polsek. silakan, laporkan saja, jika ada yang telah dirugikan Dimas Kanjeng," ujar Arman.
Arman juga meminta masyarakat yang anggota keluarganya belum pulang karena menjadi pengikut Taat Pribadi untuk segera memberitahu polisi.
"Bagi masyarakat yang kehilangan anggota keluarga. Dimana, anggota keluarganya itu adalah pengikut padepokan Dimas Kanjeng. Kami harapkan segera melapor," katanya.
"Dilaporkan dimana saja tidak masalah, baik itu di Papua, Aceh dan seterusnya. Ini namanya kasus hukum locus delicti. Artinya, berlakunya hukum pidana yang dilihat dari segi lokasi terjadinya hukum pidana itu. Jadi, proses hukum itu nanti tetap mengarah ke satu pelaku dan itu akan bisa diproses," mantan Kasubdit II Reskoba Polda Metro Jaya menambahkan.
Anggota DPR Siap Tanggung Biaya Pulang 230 Pengikut
Kasus yang menyeret Taat Pribadi bukan hanya penggandaan uang, dia juga telah ditetapkan menjadi tersangka untuk dua kasus pembunuhan terhadap dua pengikutnya, Ismail Hidayah dan Abdul Ghani.
Sejak kasus tersebut muncul, padepokan langsung menjadi perhatian semua pihak. Rombongan Komisi III DPR berkunjung ke Padepokan Dimas Kanjeng, dua pekan lalu. Setelah itu, anggota DPR dari daerah pemilihan Probolinggo-Pasuruan, Hamka Haq, juga ikut datang.
Ketika datang, anggota Komisi VIII tersebut didampingi Arman dan dikawal anggota Brimob.
Tujuan kedatangan Ketua Baitul Muslimin Pusat itu untuk menyaksikan langsung kondisi pengikut Taat Pribadi yang bertahan di tenda-tenda demi menjaga padepokan.
Menurut informasi, jumlah pengikut yang bertahan di sekitar padepokan sekitar 230 orang. Mereka memutuskan tak akan pulang sampai Taat Pribadi bebas.
Hamka berdialog langsung dengan para pengikut. Dia menawarkan untuk membiayai mereka pulang ke kampung masing-masing. Namun, mereka menolak.
"Kami berharap mereka pulang ke kampungnya masing-masing. Karenanya, saya tawarkan mereka jasa pemulangan gratis. Ini saya lakukan agar tidak ada lagi pengikut yang masih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng ini. Di sini kondisinya kan tak layak pakai," ujar Hamka.
"Untuk pengikut dari luar Probolinggo dan masuk provinsi Jawa Timur. Nanti pemulangannya kami fasilitasi menggunakan kendaraan bus. Sedangkan, luar provinsi ataupun luar Jawa, kita sediakan tiket pesawat gratis," Hamka menambahkan.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo dan Kecamatan Gading saat ini tengah mendata mereka. Yang mau dipulangkan, langsung dicatat.
"Kita akan bergerak cepat, mendata siapa saja pengikut yang bersedia pulang. Namun, karena keyakinan yang cukup kuat, kadang mereka enggan untuk dipulangkan. Mereka mengaku masih tetap mau ditinggal di Padepokan," ujar Camat Gading, Slamet Hariyanto.
Menurut Slamet pengikut Taat Pribadi yang masih bertahan, berasal dari berbagai daerah, di antaranya Makassar, Bali, Palembang, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
"Rata-rata mereka masih keberatan untuk dipulangkan. Karena belum mendapat perintah dari Ketua Yayasan, Marwah Daud Ibrahim. Kita sudah berkali-kali mengimbau agar mereka pulang. Namun tak pernah diindahkan," kata dia. (Andi Sirajuddin)
BERITA MENARIK LAINNYA:
Ini Isi Ajakan Membully Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto
Orangtua Berharap Asty Ananta Tak Keluar dari Islam
Lima Cara Sembuhkan Ruam dan Area Hitam di Paha
Pengacara Benarkan Mario Teguh 'Dipecat' Kompas TV Gara-gara Kis