Suara.com - Pemerintah Turki menskors sekitar 13 ribu petugas polisi, menahan puluhan perwira angkatan udara dan menutup stasiun televisi, Selasa (4/10) waktu setempat. Langkah tersebut dilakukan sebagai perluasan kebijakan menekan "musuh" yang dirasakan akan bangkit dari kudeta yang gagal pada Juli lalu.
Pihak kepolisian menyatakan 12.801 petugas, termasuk 2.523 kepala, diskors karena berhubungan dengan ulama Turki yang berbasis di Amerika Serikat, Fethullah Gulen, yang dituduh Ankara mendalangi upaya penggulingan pemerintahan.
Gulen yang saat ini tinggal di pengasingannya di Pennsylvania, membantah memiliki hubungan apapun terhadap percobaan kudeta yang menyebabkan lebih dari 240 orang meninggal dunia tersebut.
Skors tersebut diperintahkan satu jam setelah Wakil Perdana Menteri Numan Kurtulmus mengumumkan bahwa kabinet telah menyetujui perpanjangan keadaan darurat selama 90 hari, yang memperbaharui kebijakan dekrit sebelumnya oleh Presiden Tayyip Erdogan setidaknya sampai Januari.
Pemanjangan keadaan darurat itu, berarti membuat Erdogan dapat mengambil keputusan tanpa pengawasan Mahkamah Konstitusi yang merupakan badan hukum tertinggi di Turki.
Kantor berita swasta Dogan melaporkan, selain menskors sekitar lima persen dari seluruh personel polisi, pihak berwenang menahan 33 perwira angkatan udara dalam penangkapan di seluruh Turki dan memotong transmisi stasiun TV IMC menyusul tuduhan menyebarkan "propaganda teroris".
Sementara, kantor berita Turki Anadolu mengatakan, 37 orang yang bekerja di Kementerian Dalam Negeri juga telah dicopot dari posisinya, meskipun tanpa penjelasan sedikitpun.
Sejak pemberontakan 15 Juli, Erdogan telah mengambil langkah-langkah untuk menyingkirkan staf-staf di berbagai lembaga negara yang dianggap tidak loyal atau berpotensi menjadi musuh negara.
Sekitar 100.000 orang dari kalangan militer, pegawai negeri, kepolisian, kejaksaan dan kalangan universitas telah dipecat atau diskors dari pekerjaan mereka serta 32.000 lainnya ditangkap.
Pemerintah menyatakan hal tersebut dilakukan untuk membersihkan berbagai institusi dari keterkaitan dengan Gulen dan jaringannya yang disebut jaringan teroris oleh Turki.
Dogan juga melaporkan salah satu petugas polisi yang diskors pada Selasa, melakukan bunuh diri. Pria 26 tahun itu menembak kepalanya sendiri di sebuah taman di kota Mediterania, Mersin. (Antara)