Satu Kantong Jubah Dimas Kanjeng Bisa Tampung Duit Rp50 Juta

Rabu, 05 Oktober 2016 | 19:40 WIB
Satu Kantong Jubah Dimas Kanjeng Bisa Tampung Duit Rp50 Juta
Dimas Kanjeng Taat Pribadi dalam salah satu adegan videonya. [YouTube/screen grab]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pimpinan Padepokan ‎Dimas Kanjeng Taat Pribadi setiap tampil di depan publik mengenakan jubah khusus berwarna hitam.

Anggota Komisi III DPR Akbar Faisal yang pekan lalu mendatangi padepokan tersebut sempat menjajal jubah Taat Pribadi. Saat menjajalnya, dia mengaku tidak merasakan hal-hal yang aneh. Dia mengatakan ukuran jubahnya cukup besar.

‎"Saya coba, kantongnya ada. Dan barangkali uangnya keluar dari situ. Kantongnya itu besar kok. Kata polisi bisa sampai Rp50 juta satu kantong," kata Akbar saat dihubungi Suara.com, Rabu (5/10/2016).‎

Akbar meyakini lewat jubah itulah Taat Pribadi memperdaya korban yang meminta yang digandakan. Dia menduga uang sudah disiapkan di kantong jubah.

Saat ini, kata Akbar, penjahit jubah tersebut sudah diketahui keberadaannya. Penjahit jubah diperlukan keterangannya untuk bahan penyidikan kasus.

"Saya dengar kabar penjahit jubahnya sudah didapatkan. Saya dengar selentingan itu," kata Akbar.

Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng, Marwah Daud Ibrahim, meyakini kemampuan yang dimiliki Taat Pribadi. Menurut dia kelebihan Taat Pribadi merupakan pemberian Allah, bukan setan atau jin.

"Saya yakin ini adalah ilmu Allah. Saya yakin kebenarannya. Saya yakin bukan saya dikasih minum, coba bayangin paginya saya jalan kaki sambil dengar earphone saya membaca Al Fatihah, Yassin, Al Mulk dalam proses saya mencari, ada kalau memang ada tipu, ada yang isinya persis sama , saya ambil Quran itu. Seperti kata The Secret apa yang kamu pikirkan, karena saya (percaya) dengan kitab Allah, jadi saya dapat itu," katanya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, semalam.

"Uang itu seolah kita memuja uang, beliau malah mengatakan uang itu di sini kayak sampah," kata dia.

"Bagaimana uang ini kemudian bisa mensejahterahkan masyarakat. Setelah ini butuh pembenahan menyeluruh. Yang tahu kenapa, banyak teman-teman saya dari berbagai daerah, itu pengetahuannya, sama dengan saya. Bahwa ini ada sebuah proses yang harus diselesaikan, setelah proses ini jadi bisa dipakai. Ini sebenarnya bukan wilayah diperdebatkan di umum. Setelah ini, saya ingin orang melihat langsung meriset data-datanya," Marwah menambahkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI