Urutan Pengikut Dimas Kanjeng, yang Terkaya Diberi Tongkat Garuda

Rabu, 05 Oktober 2016 | 15:13 WIB
Urutan Pengikut Dimas Kanjeng, yang Terkaya Diberi Tongkat Garuda
Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (4/10/2016) [suara.com/Andi Sirajuddin]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut analisis anggota Komisi III DPR Akbar Faisal terhadap pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, terdiri dari beberapa lapisan.

‎Urutan paling atas adalah Taat Pribadi sebagai sang guru. Berikutnya lapisan pengikut yang disebut Sultan Agung. Di bawahnya lagi pengikutnya diberi nama Sultan. Kemudian di bawah Sultan lapisan koordinator, selanjutnya penasehat.

Taat Pribadi telah melantik 150-an lapisan Sultan yang kini tersebar di seluruh Indonesia. Soal tugas, kata Akbar, tidak jelas.

‎"Pada saat di Polda Jawa Timur saya tanya, Sultan Agung dan Sultan ini apa tugasnya? Dia diam dan mengatakan, 'nggak ada.' Sesuka-suka anda saja? Dan dia hanya tersenyum dan kakinya bergerak-gerak tanpa beban. Ini polanya. Dalam realitasnya, orang-orang ini ada tugasnya," kata Akbar kepada Suara.com, Rabu (5/10/2016).‎

Akbar menambahkan setiap daerah memiliki koordinator utama yang tugasnya mencari uang atas nama agama sambil mencari warga yang mau menggandakan uang.

Salah satu korban penipuan penggandaan uang bernama Najemiah. Akbar telah bertemu Najemiah, akhir pekan lalu. Katanya, Najemiah mendapat perlakuan khusus di padepokan.

Perlakuan khusus tersebut diberikan karena uang Najemiah sangat besar, mencapai miliaran rupiah. Setiap berlangsung pengajian, kata Akbar, Najemiah selalu duduk di dekat Taat Pribadi.

Bahkan, padepokan menyediakan mobil khusus buat Najemiah saat datang ke padepokan.

"Kemudian, (kedudukan Najemiah di padepokan) antara Guru Besar dan Sultan Agung, di situlah tempatnya. Dia (Najemiah) diberikan tongkat berkepala garuda. Dan itu yang dibawa kemana dia berada. Bangga dia dengan itu. Orangtua ini, memang dia orang kaya, tapi dia tidak paham yang beginian," kata Akbar.

Setiap bertindak, kata Akbar, Dimas Kanjeng beralasan ada orang yang mengendalikan.‎ Orang tersebut disebutnya dengan istilah Abah.

Ada 117 Abah. Abah ini yang nantinya bertugas untuk menyimpan uang yang akan digandakan. Namun, menurut Akbar, Abah-abah tersebut sebenarnya fiktif.

"Salah satunya Abah Ilyas, termasuk Abah Dofir yang disampaikan kepada kami di mana dia menyimpan uang yang harusnya dibagikan sebanyak 1 triliun, katanya ada di Tomang, entah di mana," ujar Akbar.

Akbar menyebut korban penipuan Taat Pribadi mencapai ratusan orang yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, termasuk profesor dan dosen. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI