Suara.com - Tim dari Komisi III DPR yang mencari informasi di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Cemengkalang, Desa Wangkal, Probolinggo, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2016) lalu, tidak menemukan penyimpangan agama.
"Tidak ada penyimpangan agama. Karena kita tidak melihat itu," kata anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Ichsan Soelistio di DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Indikatornya, kata Ichsan, di padepokan tersebut tidak secara spesifik mengajarkan agama tertentu. Para pengikut Taat Pribadi berlatar belakang agama yang berbeda-beda.
"Di sana ada orang Islam, ada orang Hindu dari Bali, banyak. Walaupun orangnya sedang pulang semua. Ada yang beragama nasrani. Konghucu pun ada," ujar Ichsan.
Menurut Ichsan, saat ditemui di Polda Jawa Timur, Taat Pribadi mengaku tidak pernah menyebut dirinya sebagai seorang kyai.
"Makanya ketika ditanya, apakah bapak kyai? Dia bilang bukan. Makanya saya membentuk padepokan, bukan pesantren. Salahnya masyarakat yang menyebut di situ pesantren," tutur Ichsan.
Meskipun Taat Priabdi tidak mengaku sebagai kyai dan menyebut tempatnya hanya sebagai padepokan, kata Ichsan, Taat Pribadi tetap menyebut pengikutnya sebagai santri.
"Dia menyebut itu padepokan, tapi dia panggil pengikutnya santri. Makanya kita protes, nggak bisa dong," ujar Ichsan.
"Jadi kalau soal penyimpangan agama, mungkin tidak ada. Karena berbagai macam agama ada di situ dan menjalani ibadahnya sesuai keyakinan masing-masing," Ichsan menambahkan.