Hasil survei lembaga Lingkaran Survei Indonesia menyebutkan empat faktor yang menyebabkan elektabilitas calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menurun.
Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan faktor pertama menyangkut isu kebijakan publik yang tak disukai masyarakat, seperti kebijakan penggusuran Kampung Pulo, Kalijodo, Pasar Ikan, Kampung Luar Batang, Bukit Duri, dan kebijakan reklamasi Teluk Jakarta.
"Dari isu yang berkembang dan perlawanan dari masyarakat, cara melakukan penertiban tidak dilakukan secara dialogis. Kontradiktif dengan Jokowi. Ahok lebih mementingkan komunitas ekonomi tertentu dibanding ekonomi bawah. Isu negatif terhadap kebijakan berpengaruh kepada tingkat kesukaan dan elektabitas," ujar Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan faktor pertama menyangkut isu kebijakan publik yang tak disukai masyarakat, seperti kebijakan penggusuran Kampung Pulo, Kalijodo, Pasar Ikan, Kampung Luar Batang, Bukit Duri, dan kebijakan reklamasi Teluk Jakarta.
"Dari isu yang berkembang dan perlawanan dari masyarakat, cara melakukan penertiban tidak dilakukan secara dialogis. Kontradiktif dengan Jokowi. Ahok lebih mementingkan komunitas ekonomi tertentu dibanding ekonomi bawah. Isu negatif terhadap kebijakan berpengaruh kepada tingkat kesukaan dan elektabitas," ujar Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Isu kedua tentang personality atau karakter Ahok yang dikenal kasar dan suka memaki orang di ranah publik dianggap bukanlah tipe pemimpin yang layak dipilih atau ditonton anak-anak.
"Ahok juga dianggap sebagai sosok yang congkak. Dia dianggap arogan dari sisi kebijakan dan statement. Belum lagi sikapnya yang dinilai tidak konsisten, Ahok mengkritik partai politik tapi kemudian malah jadi berjuang mencari dukungan partai politik," kata dia.
"Ahok juga dianggap sebagai sosok yang congkak. Dia dianggap arogan dari sisi kebijakan dan statement. Belum lagi sikapnya yang dinilai tidak konsisten, Ahok mengkritik partai politik tapi kemudian malah jadi berjuang mencari dukungan partai politik," kata dia.
Isu ketiga yakni menyangkut isu primordial. Adie menuturkan 40 persen pemilih muslim di Jakarta tidak bersedia dipimpin tokoh non muslim.
"Bahkan etnis Ahok ikut dipersoalkan. Kemenagan Ahok dikhawatirkan semakin dominan etnis Tionghoa di bidang ekonomi. Bahan Kemenangan Ahok dikaitkan dengan pertarungan global RRC menguasai Asia dan dunia. Terlepas apakah alasan ini masuk akal atupun tidak, namun isu efektif menumbuhkan sentimen anti Ahok," katanya.
Faktor hadirnya tokoh-tokoh, seperti Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono, juga menarik perhatian publik.
"Bahkan etnis Ahok ikut dipersoalkan. Kemenagan Ahok dikhawatirkan semakin dominan etnis Tionghoa di bidang ekonomi. Bahan Kemenangan Ahok dikaitkan dengan pertarungan global RRC menguasai Asia dan dunia. Terlepas apakah alasan ini masuk akal atupun tidak, namun isu efektif menumbuhkan sentimen anti Ahok," katanya.
Faktor hadirnya tokoh-tokoh, seperti Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono, juga menarik perhatian publik.
"Jika yang muncul hari ini bukan sosok seperti Anies, Sandiaga, Agus, Sylvi, mungkin pertarungan dimenangkan Ahok. Namun Anies dan Agus dari sisi personality bisa dinilai fresh. Anies punya integritas dan track record sebagai menteri," kata dia.
LSI merilis hasil survei pada periode 28 September sampai 2 Oktober 2016. Hasilnya, elektabilitas Ahok menurun menjadi hanya 31 persen.
"Pada Survei LSI bulan Maret lalu, kami masih mencatat persentase elektabilitas Ahok mencapai 59,3 persen, namun di bulan Oktober elektabilitas Ahok pribadi merosot hanya 31,1 persen," kata Adjie
Adjie menuturkan pada survei bulan Maret, elektabilitas Ahok unggul jika dibandingkan 10 calon gubernur lainnya yang hanya mencapai 26,30 persen.
Sementara calon gubernur Agus Harimurti Yudhoyono mendapat persentase 22,30 persen dan calon gubernur Anies Baswedan 20,20 persen.
"Namun hanya Anies ditambah Agus persenannya jika digabungkan menjadi 42,5 persen sudah mengalahkan Ahok (elektabilitas) sebesar 31,1 persen, dengan selisih 11,4 persen,"kata Adjie.
Survei dilakukan terhadap 440 responden dengan cara wawancara tatap muka. Metode riset dilakukan dengan metode multi stage random sampling. Margin of Error plus minus 4,8 persen.
Suara.com - BERITA MENARIK LAINNYA:
Ini Isi Ajakan Membully Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto
Orangtua Berharap Asty Ananta Tak Keluar dari Islam
Lima Cara Sembuhkan Ruam dan Area Hitam di Paha
Pengacara Benarkan Mario Teguh 'Dipecat' Kompas TV Gara-gara Kis
Ini Sosok Cantik Nara Masista yang 'Sentil' 6 Negara di PBB