Suara.com - Wartawati senior dan tokoh pers Siti Latifah Herawati Diah tutup usia, di Rumah Sakit Medistra Jakarta, Jumat pukul 04.20 WIB, dalam usia 99 tahun.
Menurut informasi, Herawati Diah meninggal dunia akibat mengalami pengentalan darah.
Perempuan kelahiran Belitung pada 3 April 1917 ini merupakan istri dari tokoh pers dan mantan Menteri Penerangan era awal Pemerintahan Soeharto, BM Diah, dan merupakan satu dari segelintir tokoh pers perempuan di Indonesia.
Penerima Bintang Mahaputra ini memulai karir sebagai wartawan sejak 1942 sebagai wartawan lepas Kantor Berita United Press International (UPI), kemudian bergabung sebagai penyiar di Radio Hosokyoku Lulusan Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta, dan melanjutkan pendidikan ke American High School di Tokyo, Jepang, kemudian Barnard College, Amerika Serikat itu, menikah dengan BM Diah sekitar tahun 1945 yang saat itu bekerja di Koran Asia Raja.
Pada 1 Oktober 1945, BM Diah dibantu Herawati mendirikan Harian Merdeka, kemudiam bersama suaminya mendirikan The Indonesian Observer, koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia yang pertama kali diterbitkan dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat pada 1955.
Koran itu dibagikan pertama kali dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung tersebut.
Selain menekuni dunia jurnalistik sejak lama, Herawati juga aktif menekuni hobi bermain bridge.
Tokoh pers perempuan ini merupakan satu dari 14 tokoh nasional yang berjasa pada program-program United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) di Indonesia.
Herawati Diah dikenal sebagai wartawan berbakat dan berdedikasi tinggi pada masanya.(Antara)