Tangisan Jessica Saat Cerita Penjara Penuh Kecoa dan Kalajengking

Rabu, 28 September 2016 | 21:34 WIB
Tangisan Jessica Saat Cerita Penjara Penuh Kecoa dan Kalajengking
Jessica Kumala Wongso, terdakwa dalam kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin menghadiri sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Kamis (1/9) [Antara/Widodo S. Jusuf].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sambil menangis, terdakwa Jessica Kumala Wongso menceritakan pengalaman hari-hari pertama mendekam di rumah tahanan Polda Metro Jaya. Dia masuk sel khusus setelah ditetapkan menjadi tersangka kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin.

Jessica ditangkap saat berada di Hotel Neo, Mangga Dua, Jakarta Utara, Sabtu (30/1/2016) sekitar pukul 07.45 WIB.

Setelah itu, dia dibawa keliling oleh beberapa anggota polisi sebelum dibawa ke Polda Metro.

"Dan saat saya dibawa dari hotel ke Polda, saat akan sampai di gerbang saya lihat hanya ada dua wartawan yang bawa kamera lalu saya diputar-putar dan sekembalinya saya (di polda) wartawan sudah ramai," kata Jessica dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (28/9/2016).

Sesampai di Polda Metro Jaya, Jessica sempat dibawa ke ruangan kerja (mantan) Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Krishna Murti. Di ruangan tersebut, dia diperiksa untuk pembuatan berita acara pemeriksaan.

"Jadi saya pikir ini biar heboh, dan saya masuk ke ruangan pak Krishna dulu, saya ditanya apa ada yang mau disampaikan. Saya bilang tidak ada, dan saya langsung di BAP dan saya taruh di sel yang posisinya di bawah," kata Mirna.

Saat di BAP, Jessica mengaku diminta untuk mengakui perbuatan karena pihak kepolisian telah memegang rekaman kamera pengintai atau CCTV kafe Olivier.

"Terus kata Pak Hendro (penyidik Polda Metro), kamu akui saja karena sudah ada CCTV. Dan saya ditaruh di sel ukuran dua meter, tas saya diambil, celana saya diambil," katanya.

Jessica mengatakan tak kuasa menahan tangis ketika dimasukkan ke dalam rutan Polda Metro Jaya.

"Ruangan itu banyak nyamuk, kecoa dan kalajengking dan nggak ada udara. Dan itu hari Sabtu dan hari Senin saya baru boleh dikunjungi, ya sudah saya nangis saja,” kata dia

“Setelah sadar lampunya gelap dan baru dinyalakan. Saya juga gak tahu ini ada BAPnya atau tidak, saya waktu itu belum ngerti,” Jessica menambahkan.

Dia mengaku sempat diperiksa Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan saat masih menjabat Kepala Sub Direktorat Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro Jaya yang saat itu memimpin penanganan kasus pembunuhan Mirna.

“Saya ditaruh diruang meeting Pak Krishna Murti dan banyak orang berdatangan dan mengetes saya. Dan sebelum jadi tersangka saya pernah dihipnoterapi. Di situ yang saya ingat ada Pak Herry Heryawan dan awalnya saya sadar disuruh jawab tanpa bersuara yes and no. Tapi lama-lama saya tidak sadar, dan saat itu saya tidak didampingi pengacara,” kata Jessica.

Jessica mengaku mendapatkan perlakuan di luar agenda pemeriksaan

“Setelah itu saya ingatnya tiba-tiba pak Herry bilang 'kamu tipe saya banget,'” katanya.

Jessica juga mengaku dipaksa untuk mendatangi BAP tanpa ada pemberitahuan tujuan dari pemeriksaan tersebut.

“Saya juga maunya menolak pemeriksaan psikologi untuk BAP tapi saya gak punya kekuasaan untuk menolaknya. Saya disuruh isi tes dan diwawancara. Tanpa ada pemberitahuan tujuan pemeriksaan atau ini rahasia,” kata Jessica.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI