Suara.com - Sejumlah atlet yang mengikuti lomba maraton pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016, Rabu (28/9/2016), bertumbangan saat menjalani perlombaan hingga harus menjalani perawatan medis di ruang kesehatan, Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dokter penjaga ruang kesehatan cabang atletik di Stadion Pakansari, Atrika Kartika Sari, menyebutkan total ada 10 atlet yang mendapatkan perawatan di ruang medis. Mereka terdiri dari tiga atlet putri dan tujuh atlet putra.
"Rata-rata keluhan mereka kram, nyeri di kaki, dan betis, efek dari kelelahan," kata Atrika.
Ia mengatakan, ada delapan ambulan disiagakan di sejumlah titik di sepanjang rute maraton. Para atlet yang kelelahan langsung mendatangi ambulan dan dibawa ke ruang kesehatan untuk mendapatkan perawatan.
"Untungnya tidak ada keluhan berat, hingga tidak harus dirujuk, penanganan hanya cukup di ruang kesehatan, setelah itu atlet sudah bisa pulang lagi," katanya.
Wakil Direktur Pertandingan Cabang Atletik, Ika Kartika Wati, mengatakan maraton merupakan olahraga terberat bagi para atlet karena harus menaklukkan diri untuk bisa berlari sejauh 42,195 kilometer.
"Maraton masuk kategori olahraga sangat berat, tidak semua bisa melakukan karena harus melampauai kapasitas orang normal, berlari sejauh 42,195 kilometer yang memakan waktu dua sampai tiga jam," katanya.
Menurut Ika, banyaknya atlet tidak mampu menuntaskan lintasan, salah satu penyebabnya adalah karena faktor kelelahan. Selain itu, aspek jalan yang dilalui atlet berbahan beton, bukan aspal sehingga atlet mendapat tantangan berat.
"Aturan mainnya, lintas harus lapangan keras, tidak masalah itu aspal atau beton. Tetapi, yang menjadi masalah topografi jalan yang naik turun, sehingga medan cukup sulit bagi atlet," katanya.
Ika menambahkan, sebelum pertandingan dimulai, panitia sedikit kesulitan mencari rute yang cocok untuk lomba maraton, dengan mempertimbangkan rute dan juga arus lalu lintasnya.
"Jalur yang cocok itu hanya di Cibinong dan Pakansari ini, terkait topografinya yang naik turun serta jalurnya beton sudah diketahui oleh para atlet," katanya.
Peraih medali emas nomor maraton putra, Agus Prayogo mengakui, jalur beton yang dilalui para atlet cukup berat, sehingga resikonya banyak atlet yang mengalami kram dan nyeri di kaki.
"Cuaca di sini juga tidak cocok, kelembaban tinggi, jadi kita agak kesulitan, ditambah jalannya beton, bukan aspal. Efeknya kaki agak sakit dihentakkan saat berlari dalam waktu lama," katanya.
Atlet putri yang masuk ruang perawatan usai berlomba karena kelelahan, antara lain Inarotul Caritiah (Riau), Supriati Sutomo (Jabar), dan Olivia Sadin (NTT).
Sementara tujuh atlet putra yang mendapat perawatan, yakni Ari Swandana (Jateng) Lamek Yunias Banu (NTT), Eldak Kafolaman (NTT), Noce Matital (Jateng), Nurshodiq (DI Yogyakarta), Surianto (Sulsel). (Antara)