Bantuan Kemanusiaan Uni Eropa Pada Suriah Terbesar Dalam Sejarah

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 27 September 2016 | 03:57 WIB
Bantuan Kemanusiaan Uni Eropa Pada Suriah Terbesar Dalam Sejarah
Anak-anak Suriah memegang gambar Pokemon dan meminta diselamatkan. (Twitter/RFS)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Uni Eropa, Senin (26/9/2016), meluncurkan program bantuan kemanusiaan terbesar yang pernah dibuatnya dengan mengalokasi bantuan dana bulanan elektronik bagi satu juta pengungsi Suriah di Turki melalui Bulan Sabit Turki (Kizilay).

"Hari ini kami meluncurkan proyek kemanusiaan terbesar dan terluas yang pernah EU lakukan. (Proyek) ini akan memberikan bantuan berupa sumber pemasukan pokok bagi satu juta pengungsi Suriah," kata Christos Stylianides, Komisioner Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis, saat jumpa pers bersama Menteri Turki urusan Uni Eropa, Omer Celik.

Program bantuan itu bernilai hingga tiga miliar euro atau setara kurang lebih Rp44 triliun.

Menteri Celik menyatakan menyambut baik program EU tersebut namun, pada saat yang sama, mengkritik sistem pengiriman dana melalui organisasi-organisasi internasional.

"Mengirimkan bantuan melalui Lembaga Swadaya Masyarakat akan memperlambat proses," ujarnya.

Melalui program Jaring Pengaman Sosial Darurat (ESSN), Uni Eropa setiap bulan akan mentransfer uang sebesar 100 lira Turki (sekitar Rp437 ribu) ke kartu debet setiap penerima bantuan.

Dana tersebut bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti makanan, tempat tinggal dan transportasi, kata para pejabat EU kepada Xinhua.

Pengungsi-pengungsi yang paling rentan akan dipilih dari kalangan pemohon dan setiap keluarga akan mendapatkan satu Kartu Kizilay.

Uni Eropa telah berjanji menyediakan dana sekitar enam miliar euro (Rp88 triliun) hingga 2018 untuk membantu Turki mengurangi beban menampung sekitar tiga juta pengungsi.

Selain menyediakan bantuan dana, EU juga akan memberi pembebasan visa bagi para warga negara Turki yang bepergian ke Eropa.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah berkali-kali memperingatkan Uni Eropa bahwa Ankara tidak akan mematuhi kesepakatan soal migran jika EU lambat dalam menjalankan komitmennya.

Saat ini, Turki menampung lebih dari 250.000 pengungsi di 26 kamp, namun sekitar 90 persen pengungsi Suriah tinggal di luar kamp di daerah-daerah perkotaan dan pedesaan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI