Ini Lebih Kurangnya Tiga Pasangan Calon Gubernur Jakarta

Siswanto Suara.Com
Senin, 26 September 2016 | 13:45 WIB
Ini Lebih Kurangnya Tiga Pasangan Calon Gubernur Jakarta
Pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat hadir untuk tes psikologi ke RSAL Mintohardjo, Tanah Abang. (suara.com/Bagus Santosa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur lembaga riset Populi Center Usep S. Ahyar mengatakan ketiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta memiliki keunggulan utama. Usep menilai mereka merupakan orang-orang yang hebat dan layak bersaing untuk merebut posisi menjadi pemimpin Jakarta. Masyarakat, kata Usep, tentunya juga berharap banyak kepada mereka untuk memberikan kontribusi terbaik.

"Ini ada tiga calon, makin banyak makin baik agar masyarakat dapat memilih secara rasional. Kelebihan dan kekurangan mungkin dilihat dari kerja dan rasionalitas untuk mana yang lebih baik buat memimpin DKI bukan dalam kekurangan etnis SARA dan lainnya," kata Usep kepada Suara.com, hari ini.

Usep menilai Ahok memiliki keunggulan, selain sebagai petahana, track record kepemimpinannya juga bagus.

"Dia pengalaman gubernur, dari DPR juga, tegas, setidaknya dari hasil survei, dia dianggap bersih, walau belakangan terus ada isu-isu. Tapi isu itu belum terbukti salah atau tidak di pengadilan. yang jelas Pak Ahok sampai sekarang masih dianggap tegas, bersih. Ketika memimpin, dia juga berani dan transparan. Sifat-sifat itu yang selalu ditonjolkan Ahok sehingga elektablitas tertinggi," kata Usep.

Kemudian calon wakil gubernur yang mendampingi Ahok, Djarot Saiful Hidayat, menurut Usep juga berpengalaman di birokrasi serta track record-nya bagus di mata publik.

"Saya kira dia merakyat juga. Punya pengalaman memimpin Kota Blitar. Dia dekat dengan partai politik pemenang, itu nilai tambah buat Saiful. Beliau juga belum kedengaran ada kasusnya. Dia baik-baik saja," kata Usep.

Ahok dan Djarot diusung oleh empat partai yaitu, Nasdem, Hanura, Golkar, dan PDI Perjuangan.

Sedangkan penantang petahana, Anies Baswedan, menurut Usep, juga dikenal sebagai tokoh yang nyaris tak memiliki catatan buruk, baik di dunia kampus maupun ketika menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

"Dia dikenal sebagai intelektual. Banyak berkecimpung di dunia kampus dan lembaga-lembaga riset. Muda, beliau juga saya kira masih banyak hal positif yang belum diketahui masyarakat. Jadi masih punya peluang banyak untuk di-explore. Beliau itu kan pernah jadi menteri, pernah kelola lembaga besar, punya latar belakangnya HMI juga bisa jadi nilai tambah bagi beliau. Cuma memang pengalaman memimpin sebagai kepala daerah belum," katanya.

Pasangan Anies, Sandiaga Uno, juga dikenal tokoh muda yang potensial.

"Beliau pengusaha, muda, sangat pontensial. Saya kira jadi nilai lebih," katanya.

Demikian juga dengan calon gubernur Agus Harimurti Yudhoyono. Putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ini juga datang dari kalangah tokoh muda. Meski dia bukan berlatarbelakangan politik, Usep menilai Agus tokoh potensial.

"Beliau memang besar di TNI, masih muda, saya kira banyak orang yang suka itu. Cuma belum ter-explore. Masyarakat belum tahu juga. Beliau juga belum kedengaran ada kasusnya. Itu modal dasar untuk pimpin," kata Usep.

Begitu juga dengan pasangan Agus, Sylviana Murni. Dia bisa menjadi penyeimbang Agus. Sylviana murni memiliki banyak pengalaman di dunia birokrat, jabatan terakhirnya Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan. Dia juga dikenal sebagai pejabat yang bersih.

"Dia pernah kepala dinas pendidikan, berpendidikan tinggi, keluarganya baik. Belum ada kasus. Ini modal besar," katanya.

Dengan melihat latar belakang para calon, Usep menilai mereka sebenarnya tokoh yang punya pengalaman banyak di bidang masing-masing dan bisa menjadi modal memimpin Ibu Kota.

"Jadi ini saya kira formasi calon-calon ini layak semua. Tinggal masyarakat nanti memilih secara jeli. Secara rasional," katanya.

Tetapi untuk melihat mereka secara obyektif, kata Usep, tentu mereka harus diuji ketika menjadi pemimpin nanti. Ketika memimpin, akan terlihat seperti apa mereka.

"Memang sifat kepemimpinan itu harus diuji. Kayak Pak Ahok, beliau sudah terlihat, soal misalnya selalu yang dilihat publik karakternya emosional. Komunikasinya sama rakyat harus diperbaiki, masih sering dianggap kurang sabar dalam hal membuat sesuatu kebijakan. Misalnya kalau Jokowi (mantan gubernur) mau pindahkan orang, komunikasinya puluhan kali, jadi masyarakat merasa diajak tentang rencananya tersebut. Nah ini, kan kelihatan harus diperbaiki dari sisi Pak Ahok," kata Usep.

Kehadiran Djarot, menurut Usep, bisa jadi penyeimbang karakter Ahok. Djarot selama ini dikenal sebagai pejabat yang memiliki komunikasi yang baik dengan masyarakat.

Itu harapannya Pak Djarot, melakukan komunikasi yang humanis, partisipatif," kata Usep.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI