Perempuan Yazidi Korban Pemerkosaan Tak Akan Dicap Buruk

Tomi Tresnady Suara.Com
Jum'at, 23 September 2016 | 04:31 WIB
Perempuan Yazidi Korban Pemerkosaan Tak Akan Dicap Buruk
Nadia Murad Basee Taha, (21), perempuan Yazidi yang menjadi korban ISIS menyampaikan kisahnya di DK PBB. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perempuan Suku Yazidi korban selamat (penyintas) kasus pemerkosaan dan nikah paksa anggota pegaris keras ISIL di Irak akan diterima kembali dan tak dicap buruk oleh masyarakat, kata pemimpin kelompok minoritas itu, Rabu.

Pernyataan itu merupakan sikap untuk membantu penghapusan stigma buruk korban perkosaan.

Pangeran Tahseen Saeed Ali, saat berbicara di London, mendesak masyarakat internasional untuk menyelamatkan para perempuan dan anak-anak Yazidi korban budak ISIL.

"Komunitas Yazidi akan menyediakan seluruh bantuan psikis dan kesehatan para gadis sampai mereka pulih dari trauma dan penderitaan tersebut," katanya melalui penerjemah.

"Tiap perempuan yang kembali akan dihormati, walaupun mereka menikah (dengan anggota ISIL), semuanya akan tetap diterima," ujarnya dalam acara yang diselenggarakan Yayasan AMAR, lembaga donor Inggris penyedia layanan pendidikan dan kesehatan Timur Tengah.

Kelompok ISIL telah membunuh, memerkosa, dan memperbudak ribuan orang Yazidi sejak 2014. Kelompok garis keras itu menuduh mereka sebagai "penyembah setan" dan memaksa lebih dari 400 ribu warga etnis minoritas tersebut mengungsi.

Merujuk pada data Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), pegaris keras Sunni telah memperbudak lebih dari tujuh ribu perempuan dewasa dan anak perempuan, sebagian besar beretnis Yazidi pada 2014.

Keyakinan Suku Yazidi mencampurkan sejumlah elemen dari Kristiani, Zoroastrianisme, dan Islam. Sebanyak 3.500 perempuan dari suku itu masih dijadikan budak seks.

PBB bersama Parlemen dan Dewan Negara Eropa menilai aksi itu sebagai genosida.

Politisi Inggris Emma Nicholson, pendiri dan ketua Yayasan AMAR, mengatakan pernyataan pangeran itu cukup "unik" dan diharapkan mampu memulihkan trauma banyak penyintas beretnis Yazidi. Para perempuan diharapkan dapat diterima kembali oleh masyarakat.

"Stigma korban perkosaan cukup berat. Keluarga di banyak negara tak akan menerima mereka kembali," ujarnya ke masyarakat London.

"Pangeran itu menyampaikan pernyataan unik: segala hal yang terjadi pada anda di bawah ISIL dianggap tidak ada. Artinya, bayi yang lahir walau turunan ISIL dapat diterima masyarakat, dan hal itu dapat membuka pintu bagi tiap orang untuk memiliki kehidupan normal".

Komentar Pangeran Tahseen terlontar beberapa hari setelah pegiat asal Yazidi, Nadia Murad Basee Taha, ditunjuk sebagai duta korban perdagangan manusia.

Taha mengaku ia diculik anggota ISIL dari desanya di Irak pada Agustus 2014, dibawa ke markas kelompok militan itu di Mosul.

Perempuan tersebut, bersama ribuan wanita Yazidi lainnya, dipertukarkan sebagai hadiah.

Ia disiksa dan diperkosa berulang kali sebelum akhirnya melarikan diri tiga bulan kemudian.

Tergerak oleh kampanye Taha, pengacara hak asasi manusia (HAM) internasional Amal Clooney mengatakan ia akan mewakili perempuan Yazidi korban budak seks, perkosaan, dan genosida.

Pengacara di Jalan Doughty, London, itu ingin menuntut ISIL melalui Pengadilan Kejahatan Internasional atas kejahatan-kejahatan yang menimpa masyarakat Yazidi. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI