Jokowi Ingin Indonesia Bisa Buat Sendiri Senjata Strategis TNI

Kamis, 15 September 2016 | 07:30 WIB
Jokowi Ingin Indonesia Bisa Buat Sendiri Senjata Strategis TNI
Presiden Jokowi menyaksikan secara langsung latihan Armada Jaya XXXIV Tahun 2016 di Laut Jawa, Rabu (14/9/2016). [Dok Biro Setpres]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Presiden Joko Widodo selaku Panglima Tertinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) meninjau dan menyaksikan secara langsung latihan Armada Jaya XXXIV Tahun 2016. Latihan tersebut disaksikan oleh Presiden ketika berada di Geladak Isyarat KRI Banjarmasin-592 yang sedang berada di Laut Jawa, Rabu (14/9/2016).

Dalam latihan yang berlangsung kurang lebih sekira 60 menit tersebut dipertontonkan sejumlah atraksi dan demo keterampilan pasukan TNI Angkatan Laut. Salah satu keterampilan yang diperlihatkan kepada Presiden ialah peluncuran roket anti kapal selam jenis RBU 6000 dari empat KRI, yakni Kapal Kujang, Kapal Layang, Kapal Clurit, dan Kapal Ajax. Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menyaksikan uji coba senjata strategis milik TNI AL yang berupa peluru kendali C-705 dan Torpedo 'Surface and Underwater Torpedo' (SUT) dengan sasaran KRI Karimata 960 dan memberikan aba-aba untuk penembakan peluru kendali.

Latihan Armada Jaya XXXIV/2016 sendiri digelar dengan tujuan untuk mengukur kemampuan prajurit serta mengukur kekuatan operasional dan keterpaduan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dalam mendukung operasi gabungan TNI ke depannya. Latihan ini melibatkan 39 unsur kapal perang berbagai jenis, 8 pesawat udara, dan 1.700-an pasukan pendarat beserta kendaraan tempurnya. Sebanyak 7.500 personil juga dilibatkan dalam latihan puncak Angkatan Laut kali ini.

Mendampingi Presiden dalam acara tersebut Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan KSAL Laksmana TNI Ade Supandi‎.

Kepada para jurnalis usai acara, Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa latihan seperti ini biasa dilakukan setiap dua tahun sekali. Selain itu, latihan juga dimaksudkan untuk memetakan senjata-senjata strategis yang dimiliki oleh TNI.

"Ini adalah latihan puncak Angkatan Laut yang dilakukan setiap dua tahun. Latihan ini dilakukan untuk uji coba senjata-senjata strategis yang kita punyai. Tadi sudah dicoba rudalnya, sudah dicoba juga meriam artilerinya dan juga roket-roket anti kapal selam. Karena tanpa latihan-latihan rutin seperti ini kita tidak akan bisa mengerti dan memperbaiki senjata-senjata strategis yang kita punyai," terang Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi dalam kesempatan tersebut juga menyinggung soal kemandirian alutsista TNI. Presiden berharap segala senjata strategis buatan negara lain yang saat ini dimiliki Indonesia dapat dipelajari untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut di Indonesia.

"Semua senjata-senjata strategis akan kita buat sendiri. Saya kira kalau sekarang kita beli ya tidak hanya beli saja. Kita pelajari apa memungkinkan industri strategis kita memproduksi itu. Saya kira semuanya kalau dipelajari bisa mendukung kemandirian itu," ucapnya.

Selama ini, penguatan alutsista TNI selalu terkendala keterbatasan anggaran. Pemerintah sendiri berjanji akan mengalokasikan anggaran alutsista TNI tahun 2017 sekitar 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Nyatanya, anggaran yang diajukan ke DPR untuk tahun 2017 tetap berkisar pada angka Rp 104 triliun-Rp 107 triliun. Padahal jika pagu yang diajukan 1,5 persen dari PDB, maka anggarannya seharusnya berkisar antara Rp180 triliun-Rp 200 triliun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI