Suara.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melontar Jumrah Aqabah bersama jemaah Indonesia sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Arab Saudi yaitu di luar pukul 07.00-10.30 waktu setempat pada 10 Zulhijah atau Selasa (12/9/2016).
Menag berjalan kaki dari Kantor Daerah Kerja Mekkah di Syisyah menuju Jamarat untuk melempar jumrah melalui Terowongan Malik Fadh dengan didampingi sejumlah anggota Amirul Haj.
Sepanjang perjalanan, beberapa jemaah haji asal Indonesia berebut untuk berfoto dan bersalaman dengan Menag, termasuk sekelompok ibu-ibu dari Jawa Barat yang berlarian mengejar dengan membawa telepon genggam.
"Sudah melontar," tanya Menag, dan dijawab dengan antusias oleh para jemaah.
Tidak hanya berfoto, seorang jemaah bahkan menghentikan perjalanan Menag dan rombongan untuk melaporkan anggotanya yang sakit.
Menag kemudian langsung memerintahkan petugas untuk menangani jemaah tersebut yang kelelahan.
Perjalanan mencapai Jamarat dari Mina, rata-rata jemaah harus menempuh perjalanan minimal tujuh kilometer pergi pulang.
Bagi jemaah dengan kondisi kesehatan tidak prima berjalan sejauh itu di bawah terik matahari akan sangat menguras tenaga.
Jemaah juga rentan mengalami dehidrasi karena tidak terlalu banyak pemberhentian untuk menambah air minum.
Sepanjang perjalanan sejumlah jemaah lanjut usia atau risiko tinggi terlihat kelelahan atau mengalami gangguan kesehatan, sehingga petugas terlihat lihir mudik membawa mereka ke klinik terdekat.
Sebelumnya, Ketua Konsultan Bimbingan Ibadah Daerah Kerja Mekkah Prof Aswadi telah menganjurkan para jemaah lanjut usia atau berisiko tinggi untuk tidak melontar jumrah dan menitipkan kepada anggota kelompoknya yang dinilai mampu untuk mengantisipasi kerawanan.
Namun banyak jemaah yang masih memaksakan diri. "Sudah menunggu enam tahun. Ingin tahu Jamarat itu," kata Rodiah (62), jemaah yang berangkat dari embarkasi Solo.
Nenek tersebut terlihat beberapa kali berhenti untuk beristirahat, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan.
"Jauh sekali, tapi untung tidak panas dan tidak penuh," katanya lagi.
Ia beserta rombongan berangkat dari penginapan mereka dari Sektor Lima pada pukul 17.00 waktu Arab Saudi, sehingga ketika tiba di Jamarat matahari telah turun.
Situasi yang tidak terlalu padat membuat Rodiah bisa berdiri tepat di depan tugu batu Jamarat untuk memastikan lontarannya mengenai sasaran.
Hingga malam hari, jemaah haji Indonesia secara bertahap melakukan lontar jumrah sesuai jadwal yang telah ditetapkan demi keamanan. Mereka diberangkatkan per kelompok terbang (kloter).
Bersama jemaah Indonesia tampak jemaah lain dari seluruh negara-negara Asia Tenggara di lantai tiga Jamarat pada petang itu.
Dengan alasan keamanan, jemaah negara-negara Asia Tenggara memiliki rute dan jadwal melontar yang sama karena rata-rata memiliki postur sama dan telah lanjut usia.
Macet Setelah selesai melontar, Menag beserta rombongan kemudian melaksanakan mabit atau menginap di Mina hingga lewat tengah malam.
Pada Selasa (13/9) pukul 00.30 waktu Arab Saudi, rombongan Menag meninggalkan Mina menuju Kantor Daerah Kerja Mekkah dengan menggunakan minibus.
Namun mengingat setiap musim haji banyak jalan yang ditutup dan letak Kantor Daerah Kerja Mekkah tepat di mulut terowongan Malik Fadh, maka perjalanan biasanya hanya ditempuh kurang dari 15 menit tersebut membutuhkan waktu lebih dari 1,5 jam. Itu pun pada 300 meter terakhir Menag harus berjalan kaki.
Kemacetan yang luar biasa tersebut juga membuat proses memulangkan jemaah yang tersesat ke tendanya di Mina bisa memakan waktu yang lama, karena minibus pengangkut jemaah terjebak macet.
Akibatnya hingga pukul 02.00 waktu Arab Saudi sekitar 10 jemaah masih berada di Kantor Daker Mekkah.
Menurut seorang petugas pelayanan umum, jemaah yang rata-rata berusia lanjut tersebut telah tertidur ketika mobil jemputan tiba untuk mengantar mereka pulang ke tenda.
"Kasihan jika dibangunkan, jadi akan kami antar besok pagi," katanya pula. (Antara)