Suara.com - Anggota Polda Metro Jaya menyita sejumlah ribuan obat bermerek dari toko Mamar Guci di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Kamis (1/9/2016), karena masa pakainya sudah lewat alias kadaluwarsa. Polisi mengamankan pemilik toko berinisial M (41). M sekarang sudah dijadikan tersangka.
"Kami tangkap tersangka, di rumahnya di Jalan Kayu Manis RT 7, RW 4, Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur, milik tersangka M, dijadikan sebagai tempat menyimpan obat-obatan kedaluwarsa," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Fadil Imrah, Senin (5/9/2016).
Fadil menjelaskan modus operandi tersangka M dengan cara menghapus tanggal kadaluwarsa pada setiap bungkus obat. Setelah itu, dia mencetak ulang.
"Dia pakai alat cetak ada di rumahnya, dan kembali obat kadaluwarsa dijual ke tokonya bernama Mamar Guci di lantai dasar Pasar Pramuka," ujar Fadil.
Menurut Fadil tersangka M kurang lebih sudah setahun mengedarkan obat kadaluwarsa.
"Keuntungan perbulan menjual obat kadaluwarsa sampai Rp96 juta. Dia (M) menjual obat ini dalam bentuk satuan atau jumlah banyak ke para konsumen tokonya," ujar Fadil.
"Tersangka M, sudah menjadi penjual obat di Pasar Pramuka sejak tahun 2006," Fadil menambahkan.
Barang bukti obat kadaluwarsa yang disita polisi, di antaranya 1.963 strip obat kedaluwarsa, 122 strip obat kedaluwarsa yang diganti tanggalnya, 49 botol obat cair, dan 24 karung obat kedaluwarsa berisi ribuan butir.
Nama obat yang disita Flavin untuk alergi, Sohobal untuk pelancar darah, Scopamin Plusobat untuk sakit perut, Zincare dan Lodia untuk diare, Forbetes dan Padonil obat diabetes, Lipitor untuk kolesterol, Acran obat maag, Cindala antibiotik, Mersikol obat nyeri tulang, Biosanbe vitamin zat besi, Imudator vitamin daya tahan tubuh, dan Nutrichol vitamin.
Tersangka M kini dijerat Pasal 196 Jo Pasal 98 ayat 2 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar. Ia juga dikenakan Pasal 62 Jo Pasal 8 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pelaku Usaha yang Melanggar Ketentuan dengan ancaman penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda paling banyak Rp2 miliar.