Peringatan Serius Buat BG Sebelum Pimpin BIN

Senin, 05 September 2016 | 09:18 WIB
Peringatan Serius Buat BG Sebelum Pimpin BIN
Wakapolri Komjen (Pol) Budi Gunawan saat berada di kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (30/9/2015), dalam rangka menghadap Presiden Joko Widodo (Jokowi). [Antara/Yudhi Mahatma]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Komisi III Bambang Soesatyo yakin proses Budi Gunawan menjalani fit and proper test sebagai calon kepala Badan Intelijen Negara akan berjalan mulus. Sebab, kata Bambang, Budi pernah lolos fit and proper test di Komisi III saat diajukan Presiden Joko Widodo menjadi calon Kapolri.

"Budi Gunawan pernah lolos dengan mulus saat fit dan proper sebagai calon Kapolri di Komisi III hingga paripurna. ‎Saya yakin, fit and proper kali ini pun di Komisi I akan berjalan mulus," kata Bambang, Senin (5/9/2016).

Dia yakin sebagai jenderal polisi bintang tiga dan orang nomor dua di Polri, Budi sudah paham tantangan yang bakal dihadapi BIN di masa mendatang. Terutama soal penetrasi jaringan teroris, sindikat narkotika, korupsi, dan pasar gelap.

"Dan Budi diyakini mampu melakukan penguatan intelijen nasional dari waktu ke waktu. Dan itu menjadi pilihan tak yang terelakkan. Inilah garis besar permasalahan yang dihadapi dan harus dikerjakan oleh Budi sebagai pimpinan BIN," kata dia.

‎Politikus Golkar mengatakan masyarakat awam saat ini masih berasumsi kinerja BIN belum efektif. BIN dinilai kerap kecolongan peristiwa besar, seperti serangan teroris, penyelundupan narkoba, penyelundupan produk manufaktur, penyelundupan senjata api, dan praktik korupsi.

"Akibatnya, Indonesia terus menghadapi persoalan ancaman terorisme, maraknya penyelundupan narkoba, korupsi yang tak kunjung menurun hingga terbentuknya pasar gelap untuk ragam penyelundupan produk manufaktur, termasuk pasar gelap yang memperdagangkan senjata api," kata Bambang.

Bambang mengingatkan serangan teroris masih menjadi tantangan terbesar. Indikasinya peristiwa percobaan serangan bom bunuh diri di gereja di Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8/2016). Peristiwa Medan, katanya, terindikasi pelakunya berafiliasi dengan ISIS. Pola dan target serangan sama dengan serangan serupa yang dilakukan ISIS di rumah ibadah Nomardy, Prancis, Juli 2016.

"Pada kasus ini, intelijen negara lagi-lagi dituding kecolongan," ujar Bambang.‎

Bambang mengingatkan kelemahan intelijen sangat mencolok pada kasus penyelundupan narkotika, lokal maupun internasional.

"Gambaran umum tentang keberhasilan penetrasi sindikat narkoba itu tercermin pada sejumlah hasil tangkapan petugas BNN, termasuk muatan kisah yang dituturkan gembong narkoba, almarhum Freddy Budiman," kata dia.‎

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI