Suara.com - Berbagai alasan dikemukakan sejumlah kelompok masyarakat yang demonstrasi di sekitar patung kuda kencana, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, untuk menolak kepemimpinan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), hari ini.
Mereka menilai Ahok memimpin dengan cara arogan. Menurut mereka, Ahok tidak memahami bahwa masyarakat yang dipimpinnya heterogen atau terdiri dari berbagai etnis.
"Hukumnya wajib kami tolak Ahok, persoalannya begini Jakarta itu heterogen etnisnya, satu kalimat yang diucapin belum tentu semua bisa terima, dia harus pandai-pandai sebagai gubernur sekarang. Beda kalau di jadi bupati (Belitung Timur) dulu itu homogen satu etnis. Nah pemimpin gitu nggak bisa di Jakarta, ngomongnya juga arogan," kata Ketua Forum RT, RW, Tanah Abang, haji Syarifudin, kepada Suara.com.
Selain untuk menolak Ahok, aksi ini juga dimaksudkan untuk mengajak masyarakat Jakarta agar jangan memilih Ahok lagi di pilkada Jakarta periode 2017-2022. Menurut mereka Ahok bukan cerminan seorang pemimpin yang baik.
"Aksi ini tanpa suruhan, mana ada yang mau nyuruh. Ini gerakan sendiri dengan visi yang sama jalan kita, ini gabungan dari elemen-elemen masyarakat banyaklah," katanya.
Massa yang unjuk rasa mengaku mewakili dari berbagai elemen tokoh, ulama, organisasi masyarakat, ketua masjid, ketua majelis ta'lim Ketua RW dan RT, mahasiswa, dan aktivis.
Sebelumnya, di berbagai kesempatan, Ahok mengatakan masyarakat Jakarta akan diuntungkan jika pilkada nanti diikuti oleh banyak kandidat. Sebab, mereka akan memiliki pilihan.
"Saya sudah bilang ke pendukung, kalau ada yang lebih baik dari saya, lebih jujur dari saya, lebih cepat dari saya jangan pilih saya. Kalau pilih saya rugi, pilih yang lebih hebat dong," kata Ahok.
Ahok juga tidak pernah memaksa warga untuk memilihnya untuk periode kedua.
Hanya saja, Ahok kurang sreg bila ada kelompok yang menyerangnya dengan mengungkit-ungkit isu agama dan ras.
"Kalau anda lakukan itu namanya menghina firman Tuhan. Saya nggak minta lahir turunan Cina kok, saya juga gak minta nggak dapet hidayah kok, kalau kamu menghina saya itu namanya menghina firman Tuhan dong, nggak fair," katanya. (Erlangga Bregas Prakoso)