Suara.com - Cerita tentang lelaki tua bernama Ilyas Karim tak habis-habis. Lelaki berusia 88 tahun yang mengaku menjadi salah satu pengibar bendera pusaka pada 17 Agustus 1945 merupakan salah satu korban program penertiban pemukiman di Jalan Rawajati Barat, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (1/9/2016).
Rumahnya kini telah hancur digilas alat berat. Sekarang dia tinggal bersama keluarga, tetapi lelaki kelahiran Padang, Sumatera Barat, itu, belum bisa menerima kebijakan penertiban bangunan kemarin.
Di tengah duka, muncul kabar Ilyas mendapat hadiah berupa kamar di apartemen Kalibata City. Apartemen yang terletak di dekat rumahnya yang digusur.
Saat ditemui wartawan Suara.com, Ilyas pun menceritakan perihal kamar apartemen.
"Tahun 2011, rumah saya kebakaran, dan saya sempat tidur di pinggir jalan Kalibata City. Pihak mereka melihat saya, dan akhirnya saya cerita banyak soal pejuang. Mereka memberikan satu apartemen untuk ditinggali sementara," kata Ilyas Karim kepada Suara.com di Rawajati, hari ini.
Ilyas mengatakan kamar apartemen tersebut bukan untuk dimiliki. Tetapi, dia hanya tinggal untuk sementara waktu sembari menunggu perbaikan rumah yang terbakar.
"Ya saya tinggal di apartemen ini selama tiga bulan, sementara rumah saya dibangun sama anak saya," kata Ilyas yang saat diwawancara tengah berada di dalam mobil.
Setelah rumahnya selesai direnovasi, Ilyas pun kembali tinggal di rumah. Rumah itulah yang kemarin digusur.
Ilyas menolak kompensasi dari pemerintah Jakarta untuk tinggal di rusun Marunda, Jakarta Utara. Begitu juga dengan sebagian warga Rawajati lainnya.
Saat ini, Ilyas tinggal bersama anaknya di daerah Cakung, Jakarta Timur.
"Saya dibawa ke Cakung, untuk tinggal bersama anak saya," kata suami dari Darnis (75).
Ilyas terkenang telah tinggal selama 35 tahun di Rawajati. [Erlangga Bregas Prakoso]