Suara.com - Kepolisian Republik Indonesia masih mendalami kasus aksi teror bom di gereja Stasi Santo Yoseph, Kota Medan beberapa waktu lalu. Pelaku teror, remaja berinisial IAH (17) masih menjalani pemeriksaan mendalam.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, sampai saat ini hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa pelaku melakukan aksin terornya sendiri. Dia tidak terkait jaringan teroris lain.
"Bom Medan sementara ini kami anggap dia (pelaku) ini lone wolf (pemain sendiri)," kata Tito kepada wartawan ditemui di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (2/9/2016).
Dia menjelaskan, pelaku secara otodidak belajar sendiri dalam merakit bom melalui dunia maya. Sedangkan biaya aksi dan bahan rakitan bomnya sendiri.
"Unsurnya dia meradikalisasi sendiri, membaca internet, melihat website cara membuat bom. Dia membuat bom dari biaya sendiri, dan melakukan aksi sendiri. Sementara itu (kesempulan)," ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto mengatakan bahwa pelaku teror bom di Gereja Khatolik Stasi Santo Yosep terinspirasi oleh sosok pemimpin ISIS di Suriah.
"Kira-kira dari HP yang disita aparat keamanan, si anak ini (pelaku) terobsesi dengan Abu Bakar Al Baghdadi dari ISIS. Sebab di situ, di ranselnya ditemukan tulisan 'I Love Al Baghdadi,' kemudian cuplikan-cuplikan dari hasil internetan tentang ISIS," kata Wiranto di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/8) lalu.
Teror bom tersebut menyebabkan pengkotbah di gereja, Pastor Albret S Pandingan, mengalami luka ringan di bagian lengan kiri. Keterangan dari beberapa saksi menceritakan, peristiwa itu terjadi ketika Pastor Albert S Pandingan mau berkotbah di depan mimbar.