Suara.com - Sepuluh top destinasi prioritas, atau yang lebih sering dipopulerkan oleh Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya sebagai 10 "Bali baru", rupanya mengundang perhatian serius Serikat Perusahaan Pers Pusat (SPS). Organisasi yang dulu bernama Serikat Penerbit Surat Kabar dan didirikan di Yogyakarta, sejak 8 Juni 1946 itu mengapresiasi langkah Kementerian Pariwisata (Kemenpar), yang membentuk tim kelompok kerja (pokja) percepatan 10 destinasi.
Apresiasi ini diwujudkan dalam pemberian penghargaan kepada Arief sebagai Tokoh Publik dengan Karya Inspirasional, dalam ajang The 5th Indonesia Public Relations Awards & Summit (IPRAS) 2016 versi SPS, di Chrystal Room, Hotel Aston Semarang, Jawa Tengah, Rabu (31/8/2016) malam.
Sertifikat penghargaan diserahkan oleh Ketua Harian SPS 2015-2019, Ahmad Djauhar, di atas panggung "Karya Inspirasional untuk Bangsa".
Ini adalah kali kedua Arief mendapatkan anugerah penghargaan dari SPS Pusat, yang beranggota lebih dari 471 perusahaan media cetak dantersebar di 30 cabang di Indonesia.
Pada 2015, Arief, dengan berbagai terobosannya di Kemenpar juga menerima award serupa di Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta.
Tahun ini, dewan juri yang menilai cukup kredibel. Mereka adalah Silih Agung Wasesa, Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI), Thoriq Hadad, Direktur Produksi Majalah Tempo, Eko Sulistio, Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden, Maria Wongsonagoro, IPM PR, dan Ahmad Djauhar, Ketua Harian SPS Pusat.
Bukan hanya personal Arief Yahya yang mendapatkan penghargaan, tetapi juga lembaga yang dipimpinnya, Kemenpar. Predikat yang didapat adalah Lembaga Publik dengan Karya Inspirasional.
Mengapa disebut inspirasional?
Menurut Ahmad, alasannya adalah karena program PR atau kehumasan yang dirancang dan dilaksanakan Kemenpar mampu menginspirasi dan memberikan pengaruh positif pada khalayak luas.
"Program itu inspirasional, karena mampu mengkomunikasikan sesuatu visi yang menarik dan dapat meraih kepercayaan publik terhadap apa yang sedang dikampanyekan," kata Ahmad, yang juga Wakil Pemimpin Umum Bisnis Indonesia itu.
Penyumbang 10 Persen PDB Nasional
Dalam forum tersebut, Menpar menyampaikan kata kunci bahwa pariwisata adalah penyumbang produk domestik bruto (PDB), devisa, dan lapangan kerja yang paling mudah, murah dan cepat.
"Pertama soal PDB. Pariwisata menyumbangkan 10 persen PDB nasional, dengan nominal tertinggi di ASEAN. Jarang kita punya angka terbaik di regional, kan? Di sini kita dapat!," katanya.
Kedua, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen, dengan tren naik sampai 6,9 persen, jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif, dan pertambangan.
Ketiga, devisa pariwisata sebesar 1 juta dolar, akan menghasilkan PDB 1,7 juta dolar, atau 170 persen. Itu terbilang tertinggi dibanding industri lainnya.
"Jadi, kalau selama ini orang mengkategorikan industri adalah migas dan non migas, maka kelak, industri akan menjadi pariwisata dan non pariwisata," kata Arief, yang disambut tepuk tangan para tamu undangan.
Bagaimana dengan devisa?
Menurut laki-laki asli Banyuwangi ini, saat ini pariwisata masih menempati posisi ke-4 sebagai penyumbang devisa nasional, yaitu sebesar 9,3 persen dibandingkan industri lainnya. Tapi, pertumbuhan penerimaan devisa pariwisatanya tergolong tertinggi, yaitu 13 persen, sedangkan pertumbuhan industri minyak gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit, negatif.
"Ini penting. Biaya marketing yang diperlukan hanya 2 persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan," kata lulusan ITB Bandung, Surrey University Inggris, dan Unpad Bandung itu.
Soal tenaga kerja, dinilai sebagai yang paling rumit, yang dihadapi oleh negeri ini. Menurut Menpar, pariwisata merupakan penyumbang 9,8 juta lapangan kerja, atau sebesar 8,4 persen secara nasional, dan menempati urutan ke-4 dari seluruh sektor industri.
Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30 persen dalam waktu 5 tahun. "Itu pertumbuhan yang sangat signifikan," ujarnya.
Pariwisata, lanjut Arief, disebut sebagai pencipta lapangan kerja termurah, karena bisa melahirkan kesempatan kerja hanya dengan 5.000 dolar/satu pekerjaaan.
"Coba bandingkan dengan rata-rata industri lainnya, yang sudah sebesar 100 ribu dolar/satu pekerjaan," ujarnya.
Tokoh lain yang mendapatkan penghargaan adalah Bupati Banyuwangi, Abdulah Azwar Anas, dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Kemudian kementerian dan lembaga lain yang mendapatkan penghargaan adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Kementerian Energi, Sumber Daya Mineral (ESDM).